Wednesday, November 28, 2012

The Twilight Saga Breaking Dawn Part 2


Siapa yang gak tahu film The Twilight Saga Breaking Dawn Part 2?
Film yang berasal dari Novel karya Stephanie Meyer dengan judul yang sama ini, sedang diputar serentak di bioskop seluruh dunia sejak 18 November 2012 lalu. Well ... gw termasuk orang yang mengunjungi bioskop untuk menontonnya. Walaupum musti seorang diri, ga bener-bener sendirian juga sih. Coz gw dah jatuh cinta dari film ketiganya, Eclips. Awalnya ga sengaja juga sih nonton Eclips, eh ternyata bikin jatuh cinta dan baru deh nonton film kesatu dan keduanya, selanjutnya yang ke empat dan terakhir ke lima. Walaupun novelnya sendiri cuma ada 4 jilid.
Hari selasa lalu, berangkat deh ke bioskop yang ada di salah satu mall di kota gw. Ambil waktu yang jam 02:30 pm. Rasanya ga peduli walau ga enak banget musti nonton sendirian, terlebih banyak yang nonton sama pacarnya, termasuk yang duduk di sebelah gw. Tapi ... ya sudahlah.
Film berawal dari Bella yang bangun dari kematian dalam sosok vampir. Ia mengenakan gaun biru yang seksi. Edward ada di dekatnya, kemudian ... ya biasa deh mereka. Bella adalah vampir baru, dan baru sadar juga kalau dia laper setelah mendengar ucapan Edward yang mengatakan kalau Bella harus memenuhi selera makannya.
Edward mengajak Bella ke hutan yang jauh dari aktivitas manusia. Mereka berlari dengan kecepatan super. Menghindari ranting-ranting pohon dan melompati tebing. Wah keren banget! Seekor rusa tertangkap suaranya oleh mereka. langsung saja mengintai mangsanya. Tapi, tanpa di sangka Bella justru berlari ke arah tebing saat mendapati seorang pemanjat tebing yang kulitnya terluka oleh gesekan batu tebing. Edward mengejar untuk menyadarkan Bella. Walau dengan sedikit kesal, akhirnya Bella dapat menahan haus darahnya dan kembali berburu rusa bersama Edward. Mejauh dari manusia. Suatu yang lain, justru Bella yang merupakan vampir baru tidak menyerang rusa buruannya. Melainkan menyerang harimau yang hendak menyerang rusa. Harimau itulah yg menjadi buruannya.
Mereka kembali ke rumah keluarga Cullen. Didepan pintu, Jack sudah menunggu. Bella sadar ada yang aneh dengan Jack karena tiba-tiba menjadi sangat peduli dan menjaga Renesme. Jack menjelaskan kalau ia sudah meninggalkan tanda pada Renesme, yang ternyata menyulut emosi Bella. Bagaimana mungkin Jacob meninggalkan tanda pada Renesme yang masih bayi. Bella membuat Jack terlempar. Leah dan adiknya datang dalam wujud Srigala, mencoba membantu Jack, meskipun sudah dilarang. Hal itu membuat Bella tidak sengaja melukai Seth dan amat disesalinya. Akhirnya Bella mendengarkan dan mengerti kalau semua itu tidak dapat diatur dan dikendalikan. Jack akan menjadi pelindung Renesmee.
Bayi berusia dua hari itu sudah terlihat seperti sudah berbulan-bulan. Renesmee memang berbeda karena setengah manusia dan vampir. Ia tumbuh dengan cepat, seperti saat berada dalam kandungan. Renesmee menyentuh pipi Bella, saat itulah ia memberikan ingatan pertamanya bersama Bella, cara Renesme berkomunikasi dan merupakan salah satu bakatnya.
Charlie, terlihat menderita karena tidak ada kabar dari Bella. Rencananya keluarga Cullen akan segera memberitahu Charlie kalau Bella meninggal dan menghilang dari hidup mereka. Tapi, Jack tidak setuju justru mendatangi Charlie yang sedang mengampak kayu bakar. Melepas semua pakaian dan boot nya yang membuat Charlie heran, merinding yea... gitu deh, sampai Jacob tiba-tiba berubah menjadi mahluk buas. Jack memberitahu kalau ada yang terjadi dengan Bella dan ini membuat Bella berbeda dengan yang dulu. Tidak perlu waktu lama, Charlie mengunjungi Bella yang membuat vampir baru itu salah tingkah awalnya.
Mereka mengobrol, dan sungguh luar biasa Bella bisa menahan haus darahnya. Bella memberi tahu kalau dia sekarang berbeda tapi, tidak bisa memberitahu kenapa. Charlie marah, tapi Bella meyakinkan kalau dirinya akan baik-baik saja. Sebelum Charlie pergi, Edward membawa Renesmee untuk dikenalkan pada kakeknya. Charlie pikir kalau Renesmee pastilah hanya anak angkat kan? Hahaha....
Masalah timbul saat Bella mengajak Renesmee dan Jacob jalan-jalan di bukit tidak begitu jauh dari rumah mereka yang sudah mulai turun salju. Renesmee melompat dan menangkap salju setelah diminta Bella. Kini bocah itu sudah usia anak-anak. Pada saat itu, Irina melihat dari kejauhan, terkejut sekaligus marah, ia pergi walau dikejar Bella yang berhenti setelah Irina menceburkan diri ke air. Irina melaporkan pada Volturi kalau ada pelanggaran yang dilakukan keluarga Cullen dan menantunya.
Orang tua baru itu khawatir mengenai Renesmee yang tumbuh dengan cepat. Entah berapa lama lagi mereka akan dapat bersamanya. Pada saat itulah, Alice mendapatkan penglihatan kalau Volturi akan datang bersama para pengawalnya. Sesuatu yang buruk akan terjadi. Volturi akan datang saat salju mulai menumpuk. Pada saat itu Alice dan Jesper menghilang. Hanya secarik kertas yang akhirnya hanya Bella yang mengerti maksudnya. Alice sengaja biar cuma Bella yang mengerti arti secarik kertas itu karena Bella memiliki kekuatan perisai dan hanya pikiran Bella yang aman dari Aro. Jelas coz Bella kebal segala macam kutukan dan pada akhirnya dia belajar untuk meningkatkan kemampuannya itu agar bisa melindungi yang lainnya juga.
Keluraga Cullen mengunjungi keluarga dan sahabat di seluruh dunia. Mereka meminta dukungan dan bukti kalau Renesme bukanlah anak Imortal, atau bayi abadi yang merupakan pelanggaran hukum vampir karena bayi imortal akan menyebabkan terbongkarnya keberadaan vampir. Bayi imortal akan selalu haus darah dan membantai manusia, juga dapat mempengaruhi orang-orang terdekat dengannya untuk sangat mencintai dan melindunginya. Orang tua dan bayi itu harus dimusnahkan, termasuk orang-orang yang melindunginya, maksudnya vampir-vampir.
Keluarga Cullen mencari saksi, dan pendukung ke vampir di seluruh dunia. Mereka yang datang berhasil diyakinkan dengan sentuhan Renesmee. Diantaranya bersaudara dari amazon yang memiliki kemampuan membutakan, saudara-saudara Irina yang kaget karena masalah ini timbul akibat saudaranya, vampir dari mesir, seorang veteran perang yang merupakan teman lama Carlisle, dan beberapa lainnya. Bella sendiri mengetahui kemampuannya sebagai perisai. Ia juga memiliki tenaga yang sangat kuat, bahkan Emmet sendiri kalah. Bella dilatih agar dapat memperkuat bakatnya itu untuk dapat melindungi orang-orang disekitarnya jika terpaksa harus berperang.
Sementara keluarga Cullen mancari saksi untuk mendukungnya, Volturi justru mencari pengawal dan membunuh vampir yang berhubungan dengan Cullen. Alec memiliki kekuatan melumpuhkan dengan asap yg keluar dari telapk tangannya kemudian, Aro membaca tangan korbannya dan Kreek... memutus kepala.
Salju mulai menumpuk. Bella mengetahui pesan Alice kalau Renesmee harus pergi bersama Jacob. Kalau mereka harus bersiap dengan perang. Volturi datang dengan jumlah banyak. Mata Aro mencari diantara klan Cullen tidak ada Alice . karena, sesumngguhnya penyerangan ini bertujuan untuk merebut Alice dan merkrutnya sebagai pengawal-pengawalnya. Karena Aro tidak memiliki pengawal yang memiliki kemampuan untuk membaca masa depan seperti Alice. Sekaligus melenyapkan klan Cullen, atau keluarga Cullen yang semakin kuat, intinya mah ga mau kesaing sekaligus menguatkan Volturi yang bisa dikatakan bangsawan vampir.
Aro memanggil Edward untuk dibaca tangannya, kemudian ia mengetahui kalau Renesmee memang lahir dari manusia dan memiliki darah vampir dan manusia. Aro meminta Renesmee mendatanginya. Gadis kecil itu dikawal sang ibunda, serigala Jacob dan Emmet. Aro bersiap dengan tangannya, tapi justru Renesme yang terlebih dahulu menyentuh pipinya. Aro tahu kalau mereka salah, kalau Renesme bukanlah bayi atau anak abadi yang lahir dari vampir melainkan anak yang terlahir dari wanita yg masih menjadi manusia dan berayahkan vampir, kemudian memanggil Irina yang sudah memberikan laporan palsu dan Kreet! Kepala Irena terlepas dan tubuhnya dibakar. Hal itu berhasil memancing kemarahan saudara-saudara Irena. Tetapi berhasil di cegah karena memang itulah yang volturi inginkan –perang-
Suasana menegang, Alice dan Jesper datang. Aro terlihat sangat senang. Segera tangan Alice dibaca, dan Aro sangat terkejut. Tapi, ia memang tidak peduli apa kenyataan dan yang akan terjadi selanjutnya, karena memang apapun itu, ia berniat memusnahkan keluarga Cullen, untuk mendapatkan Alice sebagai hadiahnya. Alice menatap pasukan Cullen kemudian berbisik "Sekarang!" sesaat kemudian, ia menendang dagu Aro. Alice dan Jesper mengalami kesulitan, Carlisle segera maju untuk menyerang, namun sayang saat melompat diudara dan bertabrakan dengan Aro, Kreek.... kepalanya terputus. Hal yang justru menyulut perang. What? Carlisle tewas? Esme terperangah...
Perang terjadi, dan korban berjatuhan. Jane berhasil memberi penderitaan pada Seth dan membunuhnya. Leah jatuh kedalam kawah gunung api yang dibelah, karena berusaha menyelamatkan Esme. Jesper tewas yang membuat Alice kalap, Jane tewas ditangan Sam setelah diserahkan Alice yang dilindungi Bella dengan perisainya. Jacob membawa pergi Renesmee, Alec tewas, begitupun dengan Marcus dan Caius. Terakhir Aro sendiri yang tewas ditangan Bella dan Edward. Hal itu yang membuat Aro menghentikan pasukannya sebelum ramalan benar-benar terajadi. Meskipun, Alec dan Marcus bingung dan protes dengan sikap Aro yang tiba-tiba.
Alice mendatangkan dua orang saksi, seorang vampir pria 150 tahun yang lahir dari seorang ibu manusia yang tewas saat melahirkannya. Ia kemudian diasuh oleh bibinya, yang kemudian dijadikan vampir olehnya. Semua tuduhan Volturi tidak benar, karena ia bukan merupakan anak imortal yang haus darah. Pertumbuhannya berhenti saat usia 7 tahun manusia, dan memiliki tubuh dewasa seperti sekarang. Ia makan makanan manusia dan meminum darah dan semua pelanggaran hukum yang dikatakan itu tidak lah benar. Aro membawa pasukannya pergi... Sebelum ia benar-benar menghilang, ia berkata
"Hadiah yang sungguh menggiurkan!" Sambil menatap Alice dan Bella
Semua kembali tenang ... Alice mendapatkan penglihatan bahagia. Edward bersama Bella dan Renesmee bersama Jacob, mereka berada di pantai.
Well ... dari cerita ending ini, kayanya masih bisa diteruskan. Seperti contohnya hubungan antara Renesme dan Jacob nanti apa ga akan ada masalah? Terutama, mereka kan musuh bebuyutan. Vampir dan serigala. Trus apa iya Volturi menyerah begitu aja? Hmmm... kayanya emang akan ada lanjutannya deh.
Wah ... walau banyak adegan dewasa antara Bella dan Edward, ini adalah film yang bagus. Dan ... yang belum dewasa, mending jangan nonton deh :p :D wekekekek....
Yang baik ya diambil, yang engga ga perlu diambil kan? Itu aja pesen saya.... hehehe.... :g :g
















Untuk yang part 1 dan seri sebelumnya, kapan-kapan saya share deh :) :) :) See you....

Tuesday, November 27, 2012

Lavelyne Chapter 3: Semuanya Sempurna


Lavelyne Book 1
By: Olief Lave

Chapter 3. Semuanya Sempurna
            Gerbang istana Purple Hall telah di buka. Satu persatu tamu undangan datang menggunakan kereta kuda mereka. Cuaca pagi ini sangat cerah. Ikut mendukung pernikahan mereka. Burung-burung berkicau sebagai musik alam.
            Di lantai dua, Lavelyne berada dalam kamarnya. Ia gugup, dari tadi memegangi kedua tangannya.
            “Whufh....” Ia mengeluarkan nafas dengan segenap tenaga.
            “Yang mulia terlihat sungguh mengagumkan. Cantik sempurna.” Puji Margharet, pelayannya.
            “Benar, kau sungguh cantik, Lavelyne.” Ucap seorang wanita yang baru masuk ke dalam kamar.
            Lavelyne menoleh ke arah sumber suara yang berasal dari belakang tubuhnya. Ia mengenali betul suara wanita itu.
            “Clara ... kapan kau datang? Aku sudah menunggumu sejak beberapa hari lalu.”
            Lavelyne beranjak dari meja riasnya, ia menggenggam kedua tangan Clara, yang merupakan sepupunya yang juga adalah sahabat terbaik Lavelyne sejak kecil. Clara memiliki rambut ikal cokelat panjang yang cantik berkilauan. Ia selalu mengenakan hiasan rambut yang terbuat dari batu-batu beraneka warna berbentuk animal print. Kulitnya putih bersih, tubuhnya langsing dan tinggi, sorot matanya sangat tajam. Clara sangat anggun, bahkan dari cara jalannya saja ia sudah mempesona.
            Kali ini ia mengenakan gaun sutra berwarna cream yang bersulamkan motif bunga-bunga kecil, dengan perpaduan brukat biru berlengan pendek di bagian atas sampai pinggang. Tidak lupa bros jaguar ia sematkan di bagian dada dari gaunnya.
            “Baru saja. Maaf aku baru datang karena ayah sibuk dengan pertambangan.”
            “Aku pikir kau tidak akan datang. Kalau kau sampai tidak datang diacara pernikahanku, aku pasti tidak akan memaafkanmu.”
            “Benarkah?”
            “Mungkin saja.”
            “Aku percaya kalau kau tidak akan memperlakukanku sampai seperti itu. Aku sangat mengenal mu.”
            Clara membantu Lavelyne merapikan gaunnya. Mereka berincang untuk menghilangkan ketegangan. Memanfaatkan waktu yang ada. Sebelum acara yang sangat resmi serta mewah itu dimulai.
Dalam hall yang berada di lantai dasar, sudah ramai dipenuhi tamu undangan dari Inciba, Alcander, dan kerajaan-kerajaan tetangga yang mereka undang. Semua tamu memakai pakaian rapih resmi kerajaan. Para lady mengenakan gaun berwarna-warni nan indah.
            Bunga lavender, lili, daisy, mawar merah, dan mawar putih diletakkan dalam pot-pot kristal bening yang mewah. Yang memperindah berbagai tempat. Mawar pink dan putih, lili serta lavender menghiasi bagian atas hall. Seakan membingkai langit-langit hall.
            Sebuah gajebo yang terbuat dari kayu yang diletakkan di sebelah kiri tangga itu telah dipenuhi morning glory, lavender, dan belladona. Menebarkan aroma bunga-bunga yang menenangkan.
            Meja-meja tertata rapih dengan kursi-kursi yang melingkar. Tamu undangan tampak sudah duduk di kursi yang telah tertuliskan nama mereka di atas meja.
            Seorang pria dari bagian rumah tangga istana yang ditugaskan sebagai pembawa acara sudah berdiri di tempatnya untuk siap memulai acara.
            “Upacara penyatuan pernikahan akan di mulai.” Ucapnya suara melengkingnya.
            Terompet di bunyikan untuk menarik perhatian semua yang berada di hall. Suasana setelahnya menjadi senyap serta hikmat. Tidak ada yang berani mengobrol karena takut suaranya terdengar.
            Raja Hilaire sudah siap berdiri di depan gazebo. Antony memasuki ruang upacara. Didampingi oleh pamannya, Baldwin. Mereka menunggu kedatangan Lavelyne yang akan turun dari tangga yang tepat di depannya.
            Claire masuk ke kamar untuk menjemput putrinya. Perbincangan Lavelyne dan Clara akhirnya harus disudahi.
            “Sudah saatnya....”
            Ia mendekati putrinyayang telah berdiri. Merapihkan gaun putrinya untuk yang terakhir kali, di bantu oleh Clara.
            “Sudah, sangat cantik. Sekarang saatnya menemui suamimu.” Claire tersenyum.
            “Ibu....” Lavelyne memeluk sang ibunda.
            “Ssst ... tidak boleh menangis, nanti riasan wajahmu berantakan.”
            Sebulir air mata menetes di pipi. Air mata haru serta ungkapan terimakasih kepada ibunda yang sudah dengan tulus penuh cinta merawat serta mendidiknya. Terasa aneh mengetahui kenyataan kalau Lavelyne akan tinggal jauh dari Claire. Seumur hidupnya, ia tidak pernah jauh dari Claire. Tapi, kasih sayang Claire akan digantikan Antony. Ada pria yang akan menjaga serta mencintainya. Inilah giliran Lavelyne menjadi seperti Claire. Mencintai suami dengan segenap jiwa, mendidik dengan cinta anak-anaknya kelak.
            Lavelyne berjalan menuruni tangga. Claire menggandeng tangannya. Sedangkan Clara berjalan tepat di belakang Lavelyne. Memegangi bagian belakang gaun, sebagai pendamping wanita.
            Lavelyne di serahkan kepada ayahnya, Raja Hilaire. Sang ayahlah yang akan menyerahkan pengantin wanita kepada pengantin pria yang di dampingi keluarga untuk menyambut kedatangan anggota baru dalam keluarga.
            “Ayahanda....” Lavelyne memeluk ayahnya.
            “Putriku yang cantik,” sang ayah tersenyum penuh haru.
            Mereka melepaskan pelukan singkat antara putri dan ayah. Claire berdiri di sebelah Hilaire. Berhadapan dengan Viona, beberapa kaki di hadapannya.
            Lavelyne bersama ayahnya bergandengan tangan, maju beberapa langkah untuk acara inti.
            “Aku Raja Hilaire Aldrich dari Inciba, menyerahkan putriku Lavelyne Hilaire Aldrich Inciba sebagai istri dari Antony Wyatt Alcander.”
            “Aku Baldwin Abelard Alcander, menerima Putri Lavelyne Hilaire Aldrich sebagai istri dari Antony Wyatt.”
            “Dengan ini ku nyaytakan kalian resmi menjadi sepasanng suami istri.”
            Antony memakaikan cincin pernikahan ke jari manis Lavelyne, begitupun sebaliknya. Cincin pernikahan yang terbuat dari emas murni, di hiasi batu-batu mulia. Rubi merah, Safir ungu serta berlian sebening air.
Lavelyne 1
Keributan terdengar dari arah depan pintu masuk. Teriakan-teriakan kesakitan serta logam yang beradu. Cahaya matahari tertutup awan gelap, angin bertiup, seperti akan datang badai. Segerombolan prajurit bertopeng baja, yang berjumlah ratusan, membuka pintu masuk aula dengan kasar. Mereka menuruni tangga, menciptakan keributan serta berhasil menarik perhatian semua yang ada di hall.
Kecemasan, takut, bingung, serta terkejut tergambar jelas di setiap orang. Mereka semua diam tanpa suara maupun pergerakan, tidak tau apa sebenarnya yang terjadi. Apakah ini termasuk dalam acara upacara peresmian pernikahan.
Prajurit-prajurit itu berbaris membentuk formasi. Dalam formasi, terdapat ruang membelah barisan di tengah, ruang yang disiapkan untuk seseorang berjalan.
“A, apa ini? Bukankah mereka memakai seragam Alcander? Apa mereka di bawah perintahmu?” Tanya Lavelyne kepada Antony.
“Aku tidak memerintahkan apapun. Mereka memang prajurit-prajurit Alcander.”
Beberapa detik kemudian, seseorang masuk kedalam hall. Menuruni tangga serta memotong para prajurit itu, melalui jalan yang telah disiapkan di tengah barisan.
Barulah sosok itu diketahui setelah ia tiba di bagian paling depan dari prajuritnya. Prajurit dari Inciba baru berkumpul membuat barisan. Membentuk formasi perlindungan untuk semua yang ada di dalam Hall.
Pemimpin dari prajurit-prajurit yang menerobos masuk itu adalah, Darwin. Seseorang yang dianggap seperti saudara dalam kerajaan Alcander, ia memiliki pangkat sebagai seorang jendral muda yang memimpin prajurit pertahanan kerajaan.
“Ada apa ia datang dengan membawa semua pasukannya?” Tanya Antoni pada pamannya, Baldwin Abelard.
“Aku tidak mengetahui rencana ini.” Jawab sang paman.
“Darwin dan pasukan Alcander. Ada apa sebenarnya?”
“Aku tidak tahu, Ayah.”
“Mereka pasukanmu! Bagaimana bisa sampai tidak tahu?”
“Mereka pasukan yang hanya tunduk pada Darwin.”
“PERNIKAHAN INI TIDAK SAH! SERAHKAN LAVELYNE PADAKU ATAU AKAN AKU LULUH LANTAKAN INCIBA!” Ancamnya.
Di belakang Darwin, berdiri seorang dukun yang memiliki ilmu sihir serta kemampuan membuat berbagai macam ramuan obat maupun racun yang sangat mematikan. Usianya sekitar lima puluh tahun, tubuhnya tegap, tinggi serta sedikit berisi, rambut ikal panjang menyentuh bahunya. Tongkat bermata batu hitam ia pegang di tangan kirinya. Ia adalah legenda dalam sejarah kelam dunia sihir, Lord Devile.
“Jadi ... ini semua hanya karena aku? Bukankah sudah ku jelaskan ... perasaanku padamu tidak lebih kepada seorang kakak. Aku tidak pernah mencintaimu.”
“Tapi, aku mencintaimu. Dan kau justru lebih memilih Antoni!”
“Aku mencintainya....”
“Begitupun aku mencintai Lavelyne.”
“Aku akan membunuhmu!” Darwin mengacungkan pedangnya.
“Jadi ... ini balasan semua kebaikan kami selama ini?”
“Kebaikan yang mana, Baldwin?”
“Kau ... kami selamatkan mu dari kebakaran di pasar. Seorang bocah tunawisma yang kemudian menjadi anak angkat raja.”
“Itu sudah menjadi takdirku.... Manjadi Raja Alcander.”
“Persahabatan belasan tahun kita, berakhir seperti ini?”
“Aku akan mengampunimu. Cukup menyerahkan Lavelyne padaku!”
 “Jangan bermimpi! Lawan aku dulu!”
“Aku tidak takut!”
Angin berhembus melewati telinga. Sunyi, hanya detak jantung masing-masing yang terdegar. Sedetik kemudian, suara logam beradu terdengar. Pertempuran telah dimulai.
“Hentikan! Ini tidak harus terjadi! Aku mohon ... berhenti bertarung!”
“Paman, bawa Lavelyne dan keluarganya pergi!”
“Ayo putri, Raja Hilaire dan Ratu Claire, kita pergi dari sini!”
“Tidak ... aku tidak mau pergi tanpa Antoni!”
“Akupun tidak. Lebih baik kita selamatkan tamu undangan sebanyaknya.”
“Itu ide yang bagus.”
“Artemis! Selamatkan Claire, Fiona dan Lavelyne dari sini!”
“Baik yang mulia,” Artemis melirik kearah tiga wanita itu, “Mari ikut aku, yang mulia.”
“Aku tidak mau!”
“Lavelyne, ayo kita pergi!”
“Tapi ... Antoni....”
“Ia pasti akan baik-baik saja.”
Claire dan Fiona menarik tangan Lavelyne. Artemis memimpin pasukannya menuju tempat persembunyian yang terdapat di labirin. Yang hanya Lavelyne, Claire dan Hilaire yang tahu jalannya.
“JANGAN BIARKAN MEREKA PERGI!”
“Baik yang mulia.”
“BUNUH SEMUA ORANG, KECUALI SANG PUTRI!”
Darwin memerintahkan pasukannya sembari berduel dengan Antoni. Tidak ada yang mau menyerah diantara mereka.
“Kau tidak akan aku biarkan menyakiti semua orang!”
“Aku jauh lebih kuat dari yang kau bayangkan!”
Pertarungan kembali terjadi. Pertarungan yang tidak akan berakhir hingga salah satu diantara mereka tewas. Antoni menyabet lengan Darwin, dengan sigap Darwin menghindar. Darwin justru memberikan serangan balik yang hampir menyabet kaki Antoni.
Tentara yang dibawa Darwin, membantai tanpa perasaan. Keributan terjadi, tamu undangan berhamburan untuk menyelamatkan diri. Akan tetapi, banyak diantara mereka yang tewas karena kekejaman tentara Darwin. Usaha Baldwin dan Hilaire seakan tidak banyak berguna untuk menyelamatkan sebanyak-banyaknya tamu undangan. Terutama, tentara Inciba sendiri tidaklah setangguh tentara Darwin yang memang benar-benar terlatih untuk melakukan pembantaian, meskipun dengan jumlah yang tidak terlalu banyak.
Mengetahui Lavelyne semakin menjauh dari pandangan, Darwin gusar dan mulai kehilangan fokus. Pinggangnya terkena sabetan pedang Antoni. Tepat pada saat itu juga, luka sabetan langsung menutup tanpa bekas. Antoni terperanjat. Sihir apa yang sudah digunakan mantan sahabatnya itu? Tepat pada saat itu, Darwin menghilang seketika.
“Ba ... bagaiamana mungkin? Ia bisa menghilang....”
Lavelyne 1
            

Lavelyne Book 1

Chapter 3. Semuanya Sempurna
by: Olief Lave
            Gerbang istana Purple Hall telah di buka. Satu persatu tamu undangan datang menggunakan kereta kuda mereka. Cuaca pagi ini sangat cerah. Ikut mendukung pernikahan mereka. Burung-burung berkicau sebagai musik alam.
            Di lantai dua, Lavelyne berada dalam kamarnya. Ia gugup, dari tadi memegangi kedua tangannya.
            “Whufh....” Ia mengeluarkan nafas dengan segenap tenaga.
            “Yang mulia terlihat sungguh mengagumkan. Cantik sempurna.” Puji Margharet, pelayannya.
            “Benar, kau sungguh cantik, Lavelyne.” Ucap seorang wanita yang baru masuk ke dalam kamar.
            Lavelyne menoleh ke arah sumber suara yang berasal dari belakang tubuhnya. Ia mengenali betul suara wanita itu.
            “Clara ... kapan kau datang? Aku sudah menunggumu sejak beberapa hari lalu.”
            Lavelyne beranjak dari meja riasnya, ia menggenggam kedua tangan Clara, yang merupakan sepupunya yang juga adalah sahabat terbaik Lavelyne sejak kecil. Clara memiliki rambut ikal cokelat panjang yang cantik berkilauan. Ia selalu mengenakan hiasan rambut yang terbuat dari batu-batu beraneka warna berbentuk animal print. Kulitnya putih bersih, tubuhnya langsing dan tinggi, sorot matanya sangat tajam. Clara sangat anggun, bahkan dari cara jalannya saja ia sudah mempesona.
            Kali ini ia mengenakan gaun sutra berwarna cream yang bersulamkan motif bunga-bunga kecil, dengan perpaduan brukat biru berlengan pendek di bagian atas sampai pinggang. Tidak lupa bros jaguar ia sematkan di bagian dada dari gaunnya.
            “Baru saja. Maaf aku baru datang karena ayah sibuk dengan pertambangan.”
            “Aku pikir kau tidak akan datang. Kalau kau sampai tidak datang diacara pernikahanku, aku pasti tidak akan memaafkanmu.”
            “Benarkah?”
            “Mungkin saja.”
            “Aku percaya kalau kau tidak akan memperlakukanku sampai seperti itu. Aku sangat mengenal mu.”
            Clara membantu Lavelyne merapikan gaunnya. Mereka berincang untuk menghilangkan ketegangan. Memanfaatkan waktu yang ada. Sebelum acara yang sangat resmi serta mewah itu dimulai.
Dalam hall yang berada di lantai dasar, sudah ramai dipenuhi tamu undangan dari Inciba, Alcander, dan kerajaan-kerajaan tetangga yang mereka undang. Semua tamu memakai pakaian rapih resmi kerajaan. Para lady mengenakan gaun berwarna-warni nan indah.
            Bunga lavender, lili, daisy, mawar merah, dan mawar putih diletakkan dalam pot-pot kristal bening yang mewah. Yang memperindah berbagai tempat. Mawar pink dan putih, lili serta lavender menghiasi bagian atas hall. Seakan membingkai langit-langit hall.
            Sebuah gajebo yang terbuat dari kayu yang diletakkan di sebelah kiri tangga itu telah dipenuhi morning glory, lavender, dan belladona. Menebarkan aroma bunga-bunga yang menenangkan.
            Meja-meja tertata rapih dengan kursi-kursi yang melingkar. Tamu undangan tampak sudah duduk di kursi yang telah tertuliskan nama mereka di atas meja.
            Seorang pria dari bagian rumah tangga istana yang ditugaskan sebagai pembawa acara sudah berdiri di tempatnya untuk siap memulai acara.
            “Upacara penyatuan pernikahan akan di mulai.” Ucapnya suara melengkingnya.
            Terompet di bunyikan untuk menarik perhatian semua yang berada di hall. Suasana setelahnya menjadi senyap serta hikmat. Tidak ada yang berani mengobrol karena takut suaranya terdengar.
            Raja Hilaire sudah siap berdiri di depan gazebo. Antony memasuki ruang upacara. Didampingi oleh pamannya, Baldwin. Mereka menunggu kedatangan Lavelyne yang akan turun dari tangga yang tepat di depannya.
            Claire masuk ke kamar untuk menjemput putrinya. Perbincangan Lavelyne dan Clara akhirnya harus disudahi.
            “Sudah saatnya....”
            Ia mendekati putrinyayang telah berdiri. Merapihkan gaun putrinya untuk yang terakhir kali, di bantu oleh Clara.
            “Sudah, sangat cantik. Sekarang saatnya menemui suamimu.” Claire tersenyum.
            “Ibu....” Lavelyne memeluk sang ibunda.
            “Ssst ... tidak boleh menangis, nanti riasan wajahmu berantakan.”
            Sebulir air mata menetes di pipi. Air mata haru serta ungkapan terimakasih kepada ibunda yang sudah dengan tulus penuh cinta merawat serta mendidiknya. Terasa aneh mengetahui kenyataan kalau Lavelyne akan tinggal jauh dari Claire. Seumur hidupnya, ia tidak pernah jauh dari Claire. Tapi, kasih sayang Claire akan digantikan Antony. Ada pria yang akan menjaga serta mencintainya. Inilah giliran Lavelyne menjadi seperti Claire. Mencintai suami dengan segenap jiwa, mendidik dengan cinta anak-anaknya kelak.
            Lavelyne berjalan menuruni tangga. Claire menggandeng tangannya. Sedangkan Clara berjalan tepat di belakang Lavelyne. Memegangi bagian belakang gaun, sebagai pendamping wanita.
            Lavelyne di serahkan kepada ayahnya, Raja Hilaire. Sang ayahlah yang akan menyerahkan pengantin wanita kepada pengantin pria yang di dampingi keluarga untuk menyambut kedatangan anggota baru dalam keluarga.
            “Ayahanda....” Lavelyne memeluk ayahnya.
            “Putriku yang cantik,” sang ayah tersenyum penuh haru.
            Mereka melepaskan pelukan singkat antara putri dan ayah. Claire berdiri di sebelah Hilaire. Berhadapan dengan Viona, beberapa kaki di hadapannya.
            Lavelyne bersama ayahnya bergandengan tangan, maju beberapa langkah untuk acara inti.
            “Aku Raja Hilaire Aldrich dari Inciba, menyerahkan putriku Lavelyne Hilaire Aldrich Inciba sebagai istri dari Antony Wyatt Alcander.”
            “Aku Baldwin Abelard Alcander, menerima Putri Lavelyne Hilaire Aldrich sebagai istri dari Antony Wyatt.”
            “Dengan ini ku nyaytakan kalian resmi menjadi sepasanng suami istri.”
            Antony memakaikan cincin pernikahan ke jari manis Lavelyne, begitupun sebaliknya. Cincin pernikahan yang terbuat dari emas murni, di hiasi batu-batu mulia. Rubi merah, Safir ungu serta berlian sebening air.
Lavelyne 1
Keributan terdengar dari arah depan pintu masuk. Teriakan-teriakan kesakitan serta logam yang beradu. Cahaya matahari tertutup awan gelap, angin bertiup, seperti akan datang badai. Segerombolan prajurit bertopeng baja, yang berjumlah ratusan, membuka pintu masuk aula dengan kasar. Mereka menuruni tangga, menciptakan keributan serta berhasil menarik perhatian semua yang ada di hall.
Kecemasan, takut, bingung, serta terkejut tergambar jelas di setiap orang. Mereka semua diam tanpa suara maupun pergerakan, tidak tau apa sebenarnya yang terjadi. Apakah ini termasuk dalam acara upacara peresmian pernikahan.
Prajurit-prajurit itu berbaris membentuk formasi. Dalam formasi, terdapat ruang membelah barisan di tengah, ruang yang disiapkan untuk seseorang berjalan.
“A, apa ini? Bukankah mereka memakai seragam Alcander? Apa mereka di bawah perintahmu?” Tanya Lavelyne kepada Antony.
“Aku tidak memerintahkan apapun. Mereka memang prajurit-prajurit Alcander.”
Beberapa detik kemudian, seseorang masuk kedalam hall. Menuruni tangga serta memotong para prajurit itu, melalui jalan yang telah disiapkan di tengah barisan.
Barulah sosok itu diketahui setelah ia tiba di bagian paling depan dari prajuritnya. Prajurit dari Inciba baru berkumpul membuat barisan. Membentuk formasi perlindungan untuk semua yang ada di dalam Hall.
Pemimpin dari prajurit-prajurit yang menerobos masuk itu adalah, Darwin. Seseorang yang dianggap seperti saudara dalam kerajaan Alcander, ia memiliki pangkat sebagai seorang jendral muda yang memimpin prajurit pertahanan kerajaan.
“Ada apa ia datang dengan membawa semua pasukannya?” Tanya Antoni pada pamannya, Baldwin Abelard.
“Aku tidak mengetahui rencana ini.” Jawab sang paman.
“Darwin dan pasukan Alcander. Ada apa sebenarnya?”
“Aku tidak tahu, Ayah.”
“Mereka pasukanmu! Bagaimana bisa sampai tidak tahu?”
“Mereka pasukan yang hanya tunduk pada Darwin.”
“PERNIKAHAN INI TIDAK SAH! SERAHKAN LAVELYNE PADAKU ATAU AKAN AKU LULUH LANTAKAN INCIBA!” Ancamnya.
Di belakang Darwin, berdiri seorang dukun yang memiliki ilmu sihir serta kemampuan membuat berbagai macam ramuan obat maupun racun yang sangat mematikan. Usianya sekitar lima puluh tahun, tubuhnya tegap, tinggi serta sedikit berisi, rambut ikal panjang menyentuh bahunya. Tongkat bermata batu hitam ia pegang di tangan kirinya. Ia adalah legenda dalam sejarah kelam dunia sihir, Lord Devile.
“Jadi ... ini semua hanya karena aku? Bukankah sudah ku jelaskan ... perasaanku padamu tidak lebih kepada seorang kakak. Aku tidak pernah mencintaimu.”
“Tapi, aku mencintaimu. Dan kau justru lebih memilih Antoni!”
“Aku mencintainya....”
“Begitupun aku mencintai Lavelyne.”
“Aku akan membunuhmu!” Darwin mengacungkan pedangnya.
“Jadi ... ini balasan semua kebaikan kami selama ini?”
“Kebaikan yang mana, Baldwin?”
“Kau ... kami selamatkan mu dari kebakaran di pasar. Seorang bocah tunawisma yang kemudian menjadi anak angkat raja.”
“Itu sudah menjadi takdirku.... Manjadi Raja Alcander.”
“Persahabatan belasan tahun kita, berakhir seperti ini?”
“Aku akan mengampunimu. Cukup menyerahkan Lavelyne padaku!”
 “Jangan bermimpi! Lawan aku dulu!”
“Aku tidak takut!”
Angin berhembus melewati telinga. Sunyi, hanya detak jantung masing-masing yang terdegar. Sedetik kemudian, suara logam beradu terdengar. Pertempuran telah dimulai.
“Hentikan! Ini tidak harus terjadi! Aku mohon ... berhenti bertarung!”
“Paman, bawa Lavelyne dan keluarganya pergi!”
“Ayo putri, Raja Hilaire dan Ratu Claire, kita pergi dari sini!”
“Tidak ... aku tidak mau pergi tanpa Antoni!”
“Akupun tidak. Lebih baik kita selamatkan tamu undangan sebanyaknya.”
“Itu ide yang bagus.”
“Artemis! Selamatkan Claire, Fiona dan Lavelyne dari sini!”
“Baik yang mulia,” Artemis melirik kearah tiga wanita itu, “Mari ikut aku, yang mulia.”
“Aku tidak mau!”
“Lavelyne, ayo kita pergi!”
“Tapi ... Antoni....”
“Ia pasti akan baik-baik saja.”
Claire dan Fiona menarik tangan Lavelyne. Artemis memimpin pasukannya menuju tempat persembunyian yang terdapat di labirin. Yang hanya Lavelyne, Claire dan Hilaire yang tahu jalannya.
“JANGAN BIARKAN MEREKA PERGI!”
“Baik yang mulia.”
“BUNUH SEMUA ORANG, KECUALI SANG PUTRI!”
Darwin memerintahkan pasukannya sembari berduel dengan Antoni. Tidak ada yang mau menyerah diantara mereka.
“Kau tidak akan aku biarkan menyakiti semua orang!”
“Aku jauh lebih kuat dari yang kau bayangkan!”
Pertarungan kembali terjadi. Pertarungan yang tidak akan berakhir hingga salah satu diantara mereka tewas. Antoni menyabet lengan Darwin, dengan sigap Darwin menghindar. Darwin justru memberikan serangan balik yang hampir menyabet kaki Antoni.
Tentara yang dibawa Darwin, membantai tanpa perasaan. Keributan terjadi, tamu undangan berhamburan untuk menyelamatkan diri. Akan tetapi, banyak diantara mereka yang tewas karena kekejaman tentara Darwin. Usaha Baldwin dan Hilaire seakan tidak banyak berguna untuk menyelamatkan sebanyak-banyaknya tamu undangan. Terutama, tentara Inciba sendiri tidaklah setangguh tentara Darwin yang memang benar-benar terlatih untuk melakukan pembantaian, meskipun dengan jumlah yang tidak terlalu banyak.
Mengetahui Lavelyne semakin menjauh dari pandangan, Darwin gusar dan mulai kehilangan fokus. Pinggangnya terkena sabetan pedang Antoni. Tepat pada saat itu juga, luka sabetan langsung menutup tanpa bekas. Antoni terperanjat. Sihir apa yang sudah digunakan mantan sahabatnya itu? Tepat pada saat itu, Darwin menghilang seketika.
“Ba ... bagaiamana mungkin? Ia bisa menghilang....”
Lavelyne 1