Saturday, August 28, 2010

Popay untuk Olief

POPAY UNTUK OLIEF
Oleh: Kholifah Fitrianingsih/ Olief Lave .
http://facebook.com/olief.lave

Episode 1: My Popay

“Kembalikan!! Kembalikan boneka dia!!”
“Siapa Lu?? Bocah cilik, pulang sana!! Ganti popok lu dulu!!”
“Cepat kembalikan!!”
“Rese juga ni bocah!”
Seorang anak berusia sepuluh tahun, menantang dua orang anak SMP yang ukuran tubuhnya hampir dua kali tubuhnya, demi mengembalikan sebuah boneka popay milik seorang gadis kecil berusia enam tahun yang bahkan tak benar-benar ia kenal. Dapat dibayangkan apa yang terjadi selanjutnya!! Tubuh bocah kecil itu penuh dengan luka dan memar-memar.
Ia tak menangis, tertunduk tanpa ekspresi walau seluruh wajah dan tubuhnya memar-memar. Gadis kecil yang mulanya menangis, kini terdiam dan menghampiri bocah lelaki itu. Gadis kecil itu menatap pahlawannya kemudian membelai wajah yang penuh memar itu.
“Lepaskan tanganmu” Bentak bocah lelaki itu sambil menepir tangan lembuit gadis kecil dari wajahnya
“Kamu tidak apa-apa? Pasti sakit ya?”
Bocah lelaki itu hanya terdiam, dengan terus melihat tanah lapangan tempatnya berpijak. Disudut gelap dan sunyi sebuah pasar malam, semakin terasa sangat sunyi. Suara musik dangdut yang terus diputar oleh penyelenggara pasar malam seakan tak terdengar. Hanya desah nafas bocah lelaki itu yang terdengar.
“Maaf, aku tak berhasil merebut kembali boneka popay mu” air matanya menetes.
“Ga apa-apa… itu hanya sebuah boneka, walau aku sedih –sedikit- karena boneka itu pemberian bunda”
“Boneka itu pasti sangat berarti untukmu”
“em..em” sambil menggeleng kepala “sekarang tidak lagi, karena aku sudah punya popay yang sesungguhnya, jadi untuk apa lagi sebuah boneka”
“mana?”
“Dihadapanku, kamu… Popayku…”
Kemudian anak lelaki itu pun mengangkat wajahnya tersenyum sambil menatap gadis kecil.
“Namaku Olief… nama kamu siapa?” katanya sambil menyodorkan tangannya yang imut
“ Namaku, Syam” sambil menjabat tangan olief
“Boleh, aku panggil kamu Popay?”
Dia hanya mengangguk tanda setuju.
“Sedang apa kamu malam-malam dipasar malam seorang diri?”
“Aku sama ayah dan Bunda, tapi aku terpisah dari mereka”
“aku bantu mencari”
“kenapa kamu baik sama aku?” Syam tak menjawab
“Popay sama siapa kesini? Trus sekolah dimana?”
“Brisik ya!! Bisa diam ga?”
“maaf… Olief janji ga akan tanya-tanya lagi”
Mereka menuju pusat informasi… beberapa saat kemudian, Ayah dan bunda datang. Mereka memeluk Olief… -erat- Syam memalingkan wajahnya seakan tak ingin melihat kebahagiaan mereka. Olief menceritakan semua kejadian yang baru saja mereka alami pada ayah dan bundanya. Mereka berterimakasih pada penolong putri tunggalnya. Reflek bunda memeluk Syam.
-Popay untuk Olief-

“Ooh… ternyata kamu disini anak bandel!! Ulah apa lagi yang kau perbuat hah??” teriak seorang bapak.
“Maaf, bapak ini siapa?” tanya Ayah.
“Aku ayah dari bocah bandel ini, maaf ia memang sering merepotkan” Katanya sambil menarik lengan Syam. Kemudian ia melihat wajah anaknya yang memar-memar dengan beberapa luka berdarah.
“Heh, apa lagi ulah yang kau perbuat? Kau berantem lagi, hah? Dasar bocah bandel” tambahnya sambil memukul paha Syam
“Bukan Ooomm… tapi Syam sudah menolongku tadi” Teriak Olief.
“Bapak seharusnya bangga mempunyai putra seperti Syam… maaf, karena menolong putriku, putra bapak jadi seperti ini. Apa kita perlu kerumah sakit?” Bunda menambahkan
“Tidak perlu! Ayo Syam, Pulang!!” Katanya dengan nada suara yang meninggi, sambil menyeret Syam untuk meninggalkan kami.
“Syam… Kamu sekolah dimana?” Teriak Olief
“Kita satu sekolah, aku kelas 4”
Olief tersenyum sambil melihat pahlawannya hilang dikeramaian pasar malam.
“Selesai”
“Terimakasih, cerita yang bagus. apa ini pengalaman pribadi?”
“Bukan Pak” aku tersenyum.
“Baiklah, silahkan duduk kembali Lavender”
“Baik pak”
Pak Arif mempersilahkanku untuk kembali duduk setelah aku selesai membacakan tugas mengarang.
-Popay untuk Olief-

Bersambung....