Wednesday, November 3, 2010

Lets Smile (Senyum yuk)

suatu hari seorang gadis manis berjilbab pergi makan siang bersama kawan-kawannya. Kemudian ia memanggil seorang pelayan wanita saat akan memesan makanan. Terlihat karyawan itu kusut dan penuh masalah dari raut dan ekspresi wajahnya. Kemudian gadis manis itu tersenyum sangat manis dg penuh keikhlasan kepada pelayan itu sambil memesan dg ramah. Seketika senyuman itu menghilangkan murung pelayan yang habis dimarahi menegrnya habis-habisan itu. Hati pelayan itu berubah bahagia dan dia pun dpt trsenyum. Ketika malam hari sepulang bekerja, pelayan itu lewat di jalan yang terdapat seorang pengemis tua yang sedang kelaparan. Pelayan itu berhenti dan miris melihat nasib pengemis tua, makan malam yang hendak ia makan dirumah kemudian ia bagi separuhnya pada pengemis tua dg ikhlas sambil tersenyum. Akhirnya, pengemis tua pun dapat makan malam hari ini. Disisi pengemis itu ada seekor anak kucing yang tersesat dan kelaparan. Kemudian, pengemis tua pun membagi sebagian makan malamnya kepada anak kucing itu karena pengemis itu hatinya sedang bahagia mendapatkan makan malam dan senyuman ikhlas. Akhirnya anak kucing itu bisa makan dan memiliki tenaga kembali untuk mencari dan berusaha menemukan tempat tinggalnya. Akhirnya anak kucing menemukan rumah pemiliknya, anak kucing itu kini telah berada dalam rumah yang hangat.

Malam hari ketika semua anggota keluarga tertidur, terjadilah kebakaran besar didalam rumah pemilik yang juga dihuni anak kucing itu. seluruh isi rumah sedang terlelap tidur sehingga tak sadar telah terjadi kebakaran. Anak kucing itu mengetahuinya dan terus mengeong hingga seisi rumah terbangun dan sadar sedang terjadi kebakaran dirumahnya sehingga mereka semua selamat.

Ini senyumku untuk semua yang membaca blog ini :)

Rasa Cinta yang Membunuh

Alfin terlahir di keluarga bahagia. Sebagai putra satu-satunya dalam keluarga, apapun yang ia minta akan selalu dipenuhi oleh kedua orang tuanya. Ayahnya seorang karyawan, dan ibunya seorang ibu rumah tangga biasa. Alfin memiliki 2 orang kakak perempuan yang usaianya terpaut jauh dengannya, sehingga Alfin menjadi kesayangan keluarganya.

Bulan Juli lalu dia naik kelas 3 SMK, sekolahnya tidak begitu jauh dari tempat tinggalnya. Tahun lalu, ia meminta dibelikan motor sebagai kendaraan kesekolah sekaligus bila ia akan main kerumah temannya. Ayah dan Ibunya kemudian membelikannya dengan niat baik dan atas dasar rasa cinta pada putra satu-satunya itu.

Seperti anak muda pada umumnya yang masih berjiwa labil, ia pun mudah tergoda dan terpancing oleh ajakan teman-temannya untuk mengebut atau balapan liar(ngetrek). Tanpa bisa memikirkan keselamatan dan dampak yang harus ditanggung. Jiwa mudanya seolah bergejolak dan tak kenal rasa takut pada apapun.
Dan beberapa hari lalu, ia meminta untuk merubah motornya menjadi racing... Orang tuanyapun menyetujuinya

Suatu ketika, ketika ia ugal-ugalan bersama kawan sekolahnya di jalan raya. Ia kehilangan kontrol dan fokus akibat takut tersalip dan terkalahkan oleh kawannya itu. Ia terus melihat kebelakang ke arah temannya, dan akhinya ia pun kehilangan kontrol dan ban motornya selip sehingga ia terpental dan terguling. Kawannya yang berada dibelakangnya langsung berhenti dan melihat ia sudah tek bergerak lagi... Di Rumahsakit, ia menghembuskan nafasnya yang terakhir karena pendarahan di otaknya.

Setelah keluarganya diberi tahu, pecahlah suara tangis yang membuat miris hati yang mendengar. Ibunya berusaha tegar, sedangkan kedua tetehnya menangis hingga lemas. Ayahnya yang baru pulang kerja langsung syock melihat anak kesayangannya terbaring kaku diatas dipan berselimut kain.

entah ada penyesalan, sebuah cinta yang seakan menjerumuskan kepada kematian.

*cerita diatas diadaptasi langsung dari kisah nyata.
Semoga kisah diatas dapat memberikan pelajaran untuk kita aga dapat lebih bijak dalam memberikan sesuatu pada orang yang kita cinta.

Friday, October 15, 2010

Penipuan Sadis

Sepertinya, ini lah salah satu modus penipuan yang sadis. Bukan karena penipuan yang lain tidak sadis.
UNTUK ANDA YANG MEMILIKI PENYAKIT JANTUNG HARAP WASPADA KETIKA MENERIMA TELEPON

fakta ini berdasarkan kisah penulis sendiri, kejadiannya sekitar jam 2 siang.

Suatu siang dirumahku, deringan telepon rumah terdengar mengusikku yang baru saja akan tidur siang di kamar belakang, tapi enggan untuk menjawabnya. Abah yang berada di dekat telepon langsung mengangkatnya. Samar-samar ku dengar suara Abah di ruang tamu yang menggema hingga terdengar olehku.

Awalnya penelepon menanyakan nama teteh perempuanku. Kemudian Abah menjawab kalau tetehku sudah punya rumah sendiri dan tidak tinggal disini lagi.
Kemudian, si penelepon mengatakan kalau dia adalah seorang polantas yang sedang menangani kecelakaan dan menemukan Identitas atas nama tetehku itu. Penelepon itu mengatakan kalau tetehku dalam kondisi kritis dan harus segera menghubungi dokter yang menanganinya.
Terdengar Abah mengulang perkataan penelepon itu, aku langsung menghampirinya. Dan Abah langsung memintaku mengambil alat tulis untuk menulis nomer telepon. Aku melihat wajah Abah yang pucat, langsung ku ambil gagang telepon dan berbicara dengan si Penelepon. Kemudian menanyakan dengan rinci kejadiannya.
"bagaimana kondisi teteh saya?"
"dia dalam keadaan kritis, dan harus segera menghubungi dokter yang menanganinya. ada juga 3 orang yang sudah meninggal"
"memang dimana lokasi kejadiannya? Terus teteh sekarang ada dimana?"
"kejadiannya ada di jl.Raya daerah purwakarta. Sekarang ada di rumahsakit Purwakarta"
"RSUD Panggung Rawi?"
"iya di rumahsakit Purwakarta, ini kecelakaan beruntun Mbak ada 7 kendaraan 3 diantaranya sepeda motor dan kami menyita 6 buah HP disini. Untuk penyelidikan kami menonaktifkan HP nya. Tapi nanti mbak bisa ambil dikantor polisi, berapa nomer HP teteh mbak itu?"
"083*********, emang teteh saya pergi sama siapa?"
"teteh mbak pergi sama suaminya"
"dia pake motor? Ada anak kecilnya ga?"
"iya pakai motor, disini tidak ada anak kecilnya. Suaminya juga kritis"
"hah? Suaminya juga kritis?"
"iya, mbak harus segera menghubungi dokter Handoko yg menangani itu, ini nomernya... 08*********"
Aku lupa nomer hp nya karena kertas itu sudah kubuang dan kejadiannya sudah 5 bulan lalu

aku sedikit janggal dg beberapa yg diterangkan penelepon.
1. Tetehku sedang bekerja dan harusnya jam segitu ada di kantor
2. Dia tidak pergi keluar kota
3. Suaminya pun kemungkinan besar sedang bekerja
4. aku menduga teteh sedang pergi dg bos nya keluar, tp kenapa penelepon bilang ada suaminya dan menggunakan motor.

aku sempat panik dan meminta Abah untuk bersiap2 pergi kerumah Sakit dan aku akan menelepon nomer yg diberikan itu, tapi aku masih bisa berfikir jernih dan langsung menelepon ke kantor tetehku itu.
Ketika aku menelepon ke kantor tetehku itu, yg menjawab telepon bukan teteh tetapi pegawai lain dan ketika ku menunggu tetehku menerima teleponku, ku dengar suara teteh nyaring yg sepertinya sedang menerima panggilan Hp nya. Setelah itu dia menerima teleponku.
"Teteh ga apa-apa?"
"Iya, emangnya teteh kenapa?"
Kemudian aku menjelaskan semuanya yg terjadi. Aku pun menanyakan kondisi Teh Ru, bos teteh ku. Kemudian dia bercerita kalau barusan ada yg telepon ke HP nya dan meminta dia untuk menonaktifkan HP nya selama 1 jam karena nomer hp nya sudah disalahgunakan oleh pengedar narkoba, lagi2 penelepon itu mengaku dirinya sebagai Polisi. Namun kali ini dia mengaku sebagai anggota Buser. namun teteh tidak melakukannya.

Dari situ, aku dapat menebak kalau aku menelepon nomer dokter Handoko itu, sudah dipastikan dokter gadungan itu akan meminta transfer uang dengan jumlah besar dengan alasan untuk operasi.
Aku sungguh kesal karena penipu itu sudah membuat Abah pucat, coba kalau yg menerima telepon itu punya penyakit Jantung? Apa ga langsung wasalam?
Pasti kalian bertanya darimana penipu itu tau nama tetehku dan nomer teleponnya. Jawabannya adalah karena telepon rumahku yang mendaftarkan adalah tetehku itu, jadi disitu tertulis atas nama tetehku.

Tips agar tidak terjebak tipuannya:
1. Jangan panik dan tetap tenang
2. Jangan memberikan informasi apapun tentang korban, sprt ciri2, nomer Hp, (dlm hal ini tetehku)
3. Tanyakan secara rinci kronologis kejadian dan lokasi kejadian, dengan begitu kita bisa mengetahui ini benar atau tidak
4. Cocokkah aktivitas korban dg tempat kejadian?
5. Hubungi nomer yang bisa dihubungi untuk memastikan
6. Jangan mudah percaya bila diberikan nomer HP
7. Jangan menonaktifkan HP anda apabila disuruh oleh orang lain

Saturday, August 28, 2010

Popay untuk Olief

POPAY UNTUK OLIEF
Oleh: Kholifah Fitrianingsih/ Olief Lave .
http://facebook.com/olief.lave

Episode 1: My Popay

“Kembalikan!! Kembalikan boneka dia!!”
“Siapa Lu?? Bocah cilik, pulang sana!! Ganti popok lu dulu!!”
“Cepat kembalikan!!”
“Rese juga ni bocah!”
Seorang anak berusia sepuluh tahun, menantang dua orang anak SMP yang ukuran tubuhnya hampir dua kali tubuhnya, demi mengembalikan sebuah boneka popay milik seorang gadis kecil berusia enam tahun yang bahkan tak benar-benar ia kenal. Dapat dibayangkan apa yang terjadi selanjutnya!! Tubuh bocah kecil itu penuh dengan luka dan memar-memar.
Ia tak menangis, tertunduk tanpa ekspresi walau seluruh wajah dan tubuhnya memar-memar. Gadis kecil yang mulanya menangis, kini terdiam dan menghampiri bocah lelaki itu. Gadis kecil itu menatap pahlawannya kemudian membelai wajah yang penuh memar itu.
“Lepaskan tanganmu” Bentak bocah lelaki itu sambil menepir tangan lembuit gadis kecil dari wajahnya
“Kamu tidak apa-apa? Pasti sakit ya?”
Bocah lelaki itu hanya terdiam, dengan terus melihat tanah lapangan tempatnya berpijak. Disudut gelap dan sunyi sebuah pasar malam, semakin terasa sangat sunyi. Suara musik dangdut yang terus diputar oleh penyelenggara pasar malam seakan tak terdengar. Hanya desah nafas bocah lelaki itu yang terdengar.
“Maaf, aku tak berhasil merebut kembali boneka popay mu” air matanya menetes.
“Ga apa-apa… itu hanya sebuah boneka, walau aku sedih –sedikit- karena boneka itu pemberian bunda”
“Boneka itu pasti sangat berarti untukmu”
“em..em” sambil menggeleng kepala “sekarang tidak lagi, karena aku sudah punya popay yang sesungguhnya, jadi untuk apa lagi sebuah boneka”
“mana?”
“Dihadapanku, kamu… Popayku…”
Kemudian anak lelaki itu pun mengangkat wajahnya tersenyum sambil menatap gadis kecil.
“Namaku Olief… nama kamu siapa?” katanya sambil menyodorkan tangannya yang imut
“ Namaku, Syam” sambil menjabat tangan olief
“Boleh, aku panggil kamu Popay?”
Dia hanya mengangguk tanda setuju.
“Sedang apa kamu malam-malam dipasar malam seorang diri?”
“Aku sama ayah dan Bunda, tapi aku terpisah dari mereka”
“aku bantu mencari”
“kenapa kamu baik sama aku?” Syam tak menjawab
“Popay sama siapa kesini? Trus sekolah dimana?”
“Brisik ya!! Bisa diam ga?”
“maaf… Olief janji ga akan tanya-tanya lagi”
Mereka menuju pusat informasi… beberapa saat kemudian, Ayah dan bunda datang. Mereka memeluk Olief… -erat- Syam memalingkan wajahnya seakan tak ingin melihat kebahagiaan mereka. Olief menceritakan semua kejadian yang baru saja mereka alami pada ayah dan bundanya. Mereka berterimakasih pada penolong putri tunggalnya. Reflek bunda memeluk Syam.
-Popay untuk Olief-

“Ooh… ternyata kamu disini anak bandel!! Ulah apa lagi yang kau perbuat hah??” teriak seorang bapak.
“Maaf, bapak ini siapa?” tanya Ayah.
“Aku ayah dari bocah bandel ini, maaf ia memang sering merepotkan” Katanya sambil menarik lengan Syam. Kemudian ia melihat wajah anaknya yang memar-memar dengan beberapa luka berdarah.
“Heh, apa lagi ulah yang kau perbuat? Kau berantem lagi, hah? Dasar bocah bandel” tambahnya sambil memukul paha Syam
“Bukan Ooomm… tapi Syam sudah menolongku tadi” Teriak Olief.
“Bapak seharusnya bangga mempunyai putra seperti Syam… maaf, karena menolong putriku, putra bapak jadi seperti ini. Apa kita perlu kerumah sakit?” Bunda menambahkan
“Tidak perlu! Ayo Syam, Pulang!!” Katanya dengan nada suara yang meninggi, sambil menyeret Syam untuk meninggalkan kami.
“Syam… Kamu sekolah dimana?” Teriak Olief
“Kita satu sekolah, aku kelas 4”
Olief tersenyum sambil melihat pahlawannya hilang dikeramaian pasar malam.
“Selesai”
“Terimakasih, cerita yang bagus. apa ini pengalaman pribadi?”
“Bukan Pak” aku tersenyum.
“Baiklah, silahkan duduk kembali Lavender”
“Baik pak”
Pak Arif mempersilahkanku untuk kembali duduk setelah aku selesai membacakan tugas mengarang.
-Popay untuk Olief-

Bersambung....