Friday, August 5, 2011

Harry Potter and The Deathly Hallows part 2

film yang Premier di London pada 7 Jully 2011 lalu yang dihadiri oleh para artis pemeran film, dan Premier di New York 11 Jully lalu seharusnya tayang di Indonesia tanggal 15 Jully sama seperti di beberapa negara lainnya. Walau mulai 11 jully dst di berbagai negara mulai menayangkan. Sedangkan di Indonesia tayang baru minggu lalu, atau 29 Jully lalu dikarenakan adanya permasalahan pajak dr bulan februari lalu. Jd untuk film-film Box Office akan telat atau mungkin terancam tidak diputar. Saat itu saya benar-benar marah.

Saya baru saja menonton siang ini yg pukul 13.45. Walau sudah sedikit telat saat masuk theater. Sudah mulai selama beberapa menit mungkin saat Hermione, Ron, serta Harry membujuk goblin agar dapat masuk ke Grigotts untuk mengambil salah satu Horcux di brankas milik Bellatrix, dan sebagai imbalannya goblin itu meminta pedang Gryffindor. Setelah sebelumnya menyusun rencana dan menanyakan perihal tongkat Elder kepada Ollivander, si ahli pembuat tongkat sihir. Setelah mengidentivikasi tongkat milik Bellatrix dan tongkat Draco bahwa itu dulu adalah tongkat milik Draco, namun kini tongkat itu memilih tuannya sendiri karena tongkat pun memiliki perasaan. Tak lupa menceritakan perihal relikui kematian, serta tongkat Elder, yang menurut Ollivander adalah hanya sebuah dongeng.

Setelah itu mereka pergi ke Grigotts untuk menjalankan rencana mereka dibantu seorang goblin yg mengenal betul seluk beluk Grigotts dengan imbalan pedang Gryffindor apabila mereka dapat masuk kedalam. Hermione meminum Pollyjust dan berubah menjadi Bellatrix, sementara Ron berubah menjadi salah seorang Death Ether lain (lupa namanya).kemudian Harry dan Goblin itu bersembunyi dibalik Jubah gaib Harry. Walau awalnya agak susah dan dipersulit oleh Teller grigotts akhirnya di izinkan masuk setelah dimantrai oleh Harry. Kemudian mereka menaiki kereta, dan disini sangat keren efeknya. Dan karena air terjun yg dpt menghilangkan efek pollyjust itu. Setelah melewati naga dan berada didalam ruangan yg stiap benda yg tersentuh dapat berlipat ganda sehingga mereka hampir saja tenggelam oleh pot-pot emas itu. Harry melihat sebuah piala kecil yg dirasakanny sebagai Horcux dan menggapai menggunakan pedang kemudian piala itu terjatuh dan direbut oleh goblin itu selanjutnya goblin itu meminta pedang ditukar dengan piala dan menghianati Harry dan kawan-kawan dengan meninggalkannya di dalam ruangan lalu memanggil penjaga. Setelah perjuangan meloloskan diri, akhirnya mereka lolos menggunakan naga yg menjaga ruangan itu. Ide gila Hermione, dan akibat perbuatan itu sang naga putih mengobrak-abrik Grigortts dan mereka pun lolos. Namun Voldemort mengetahui apa yang dicari Harry dkk. Bahwa rahasia Voldemort mengenai Horcuxs itu sudah terbongkar, harry mengetahuinya melalui penglihatan Voldemort yg mendatangi Grigortts yang berlumur darah. Dan pedang Gryfindol yg dipegang oleh goblin itu menghilang setelah sang goblin tewas.

Untuk selanjutnya mereka menuju Hogsmade untuk dapat menuju Hogwards untuk menemukan Tiara Rowena dan disaat yang genting mereka di bantu oleh Aberforth adik Dumbeldore, melalui cermin rahasia yg dapat memanggil siapapun, Aberforth memanggil Neville, dan dia sangat terkejut melihat Harry dkk ada didepannya. Begitupun dengan Harry yang terkejut melihat Neville yang kacau dengen beberapa luka diwajahnya.

Selanjutnya Neville membawa mereka ke pasukan Dumbledore. Dan mereka semua sangat terkejut dan senang.

Snap mengumpulkan semua siswa ke aula besar dan menanyakan perihal kedatangan Harry ke Hogwarts dan akan menghukum siapa saja dan meminta untuk maju siapapun yang mengetahui rencana Harry dan dimana ia. Suasana menjadi senyap, dan tanpa diduga, ada seseorang yang maju kedepan dan setelah Snap menatap banar-benar ternyata orang itu adalah Harry dan Harry menantang Snap. Selanjutnya terjadilah duel dan Snap dikalahkan oleh Prof. McGonagall dengan sihir yang luar biasa, merasa terdesak Snap melarikan diri lompat dari jendela kaca. Sesaat kemudian terdengar suara yang memekakkan telinga seluruh yg ada di ruangan itu adalah suara Voldemort yang meminta mereka untuk menyerahkan Harry dalam waktu 1 jam atau Hogwarts akan diserang oleh pasukan Voldemort. Awalnya beberapa orang Slytherine ingin menyerahkan Harry, namun Pasukan Dumbledore yang dimulai oleh Ginny Wasley menghalangi.
Prof.Mcgonagall merasa bangga pada Harry dan mengatakan tidak setuju untuk menyerahkan Harry pada Voldemort kemudian meminta anak-anak Slytherine menuju ruang bawah tanah Hogwarts. Sementara itu prof. McGonagall mengucapkan mantra untuk menghidupkan para pengawal Hogwarts yang terbuat dari batu dan berukuran besar untuk menjaga pintu pertahanan, sementara Neville diminta untuk menyalakan petasan dengan jumlah besar untuk meledakkan jembatan. Setelah itu Mcgonagall beserta beberapa orang tua lainnya diantaranya Slughorn, Mr dan Mrs Weasley,dan guru musik, membuat perisai perlindungan dengan area yang sangat besar untuk melindungi seluruh Hogwarts. Sehingga saat pasukan Voldemort memasuki Hogwarts akan hancur menjadi abu. Dan dengan serangan bertubi-tubi dengan jumlah pasukan Voldemort yang banyak, akhirnya perisai itu lenyap kemudian Neville meledakkan Jembatan menggunakan seluruh petasan yang ada supaya Pasukan yang mengejarnya di jembatan terjatuh kedalam jurang. Hampir saja Neville jatuh ikut kedalam jurang. Namun akhirnya selamat dengan bergantung pada ujung jembatan.

Sementara itu Harry berpisah dengan Ron dan Hermione yang membawa piala untuk dihancurkan menggunakan taring Basilik yang berada dalam ruang rahasia bawah tanah saat terakhir Harry membunuh Basilik dan menghancurkan buku harian Tom Ridlle. Ron yang bergumam seperti menirukan bahasa ular dapat membuka pintu ruang rahasia itu.
"wow, kau Jennius Ron. Darimana kau bisa bahasa ular?" tanya Hermione
"well, aku sering mendengar Harry mengigau. Tidakkah kau mendengarnya juga?"
"tidak, tentu saja tidak"
Di dalam ruangan itu mereka mencabut taring basilik dan menghancurkan piala itu. Sekali lagi efek yang menakjubkan, saat piala itu dihancurkan. Air yang berada disekeliling seakan meluap dan menyapu habis mereka, setelah itu air itu kembali tenang.

Sementara itu Harry mencari Tiara Rowena dibantu oleh Luna yang awalnya diacuhkan oleh Harry yg sedang tergesa-gesa. namun berkat kecerdasan Luna yang mengetahui dari menyimak cerita Chou bahwa untuk mencari Tiara itu harus bertanya pada orang mati. Kemudian Luna membawa Harry kepada hantu dari anak Rowena, setelah negosiasi yang alot akhirnya Harry diberitahu bahwa tiara itu ada di ruang kebutuhan berdasar petunjuk bahwa tiara itu berada di tempat yang tidak ada sampai kau membutuhkannya.

Ron dan Hermione melihat Harry yg tiba-tiba menghilang didepan ruang kebutuhan kemudian mereka menyusul Harry menuju ruang kebutuhan, saat menemukan tiara itu muncullah Draco dan kedua temannya untuk menyerang Harry dan pada saat itulah Ron dan Hermione datang. Selah seorang diantara mereka melepaskan mantra kutukan tak termaafkan "avada kadava" yang hampir mengenai Hermione namun melesat karena terkena tiara dan tiara itu terpental. Sementara Ron kalap dan mengejar mereka yg hampir mencelakai Hermione. Harry dan Hermione mencari tiara itu dan menemukannya di tumpukan kursi yg menjulang tinggi tepat sebelum Ron beryeriak "Lari" berkali-kali hingga mereka melihat Ron dikejar Api yang sangat dahsyat yang berasal dari tongkat sihir Goyle. Dan pada akhirnya api itu melahap habis seluruh ruang kebutuhan beserta sang pemilik mantra, Goyle. Pada saat itu mereka bertiga mengambil sapu terbang dan terbang diatas api yg berkobar-kobar seperti setan yang melahap-lahap. Dan Malfoy beserta seorang temannya terjebak diatas tumpukan perabot dengan api yg hampir melahap mereka.
"kita tidak dapat meninggalkan mereka"ucap Harry
"Kalau kita mati karena menolong mereka, aku akan membunuhmu Harry" ucap Ron dengan nada bicara kesal namun lucu.
Didepan pintu gerbang ruang kebutuhan, Harry menghancurkan tiara itu dengan taring basilik dan menendangnya masuk kedalam kobaran api sebelum ruangan itu benar-benar tertutup.
Sementara di Hogwats masih terjadi perang yang sengit, serta kekuatan Voldemort yg melemah setiap Horcuxs dihancurkan serta terjadi sesuatu yang aneh saat yang bersamaan. Dan horcux selanjutnya adalah Nagini, Ular Voldemort. Dan saat mengetahui itu, Voldemort semakin gusar dan pergi bersama ularnya menemui snap.

Ginny hampir dicelakai Bellatrix yang sudah memantrainya, namun berkat kesigapan Mrs Weasley yang sangat marah dan emosi saat melihat putrinya nyaris celaka oleh Bellatrix, saat itu juga Mrs Weasley berduel dengan Bellatrix dan berhasil mengalahkan Bellatrix hingga menjadi abu.

Snap dibunuh oleh Voldemort yang mengetahui bahwa tongkat Elder tidak mematuhi perintahnya, dan ia menyangka bahwa Snap lah pemilik tongkat itu. Orang yang membunuh Dumbeldore, saat snap yang diserang Nagini, sekarat. Harry dkk menemuinya setelah Voldemort dan Nagini berapate. Snap meminta ia mengambil airmatanya dan membawanya ke Pensive.

Setelah melihat memory Snap yang mencintai Lily sejak kecil, cinta seumur hidup Snap. Bahwa Snap adalah orang setia Dumbledore yang sungguh tak ingin melihat Lily tewas ditangan Voldemort, yang mengetahui takdir Harry yang akan mengalahkan Voldemort serta meminta Dumbledore melindungi keluarga Harry namun gagal karena terdapat penghianat didalam ordo yaitu Wormtail.
Dumbledore yang mengatur agar Snap membunuhnya saat mengetahui Malfoy ditugaskan untuk membunuhnya. karena kondisi yang sudah sangat lemah akibat kutukan cincin keluarga slytherine yg adalah Horcux ditambah pertarungan terakhir saat mendapatkan liontin Regulus yang ternyata palsu. Serta Snap yang mengirim Patronus supaya Harry menemukan Pedang Gryffindor, dan agar Snap memberitahu Harry bahwa dia harus mati supaya Voldemort dapat terkalahkan. Karena Harry adalah Horcux yang tanpa diketahui Voldemort itu sebabnya harry menguasai beberapa kemampuan Voldemort. Dan harus memastikan hanya Voldemort yang membunuhnya.

Peperangan di Hogwarts yang menelan banyak korban jiwa, dan voldemort menarik mundur pasukannya untuk memberikan waktu agar menguburkan yang gugur dan meminta Harry menemuinya di Hutan Terlarang. Dalam pertarungan berbagai makhluk ini diantaranya pasukan Raksasa Voldemort, hingga banyak korban jiwa dari kedua pihak.
Diantara yang gugur adalah Tonks, Lupin serta Fred Weasley.

Sementara itu Neville mengungkapkan bahwa ia mencintai Luna kepada Harry.

Harry datang ke Hutan terlarang seorang diri, setelah mengetahui takdirnya yang harus mati. Dia sengaja menyerahkannya, saat itu Snitch yang dibawanya dia kecup, setelah muncul tulisan "aku terbuka saat tertutup"
Dari dalam snitch itu keluar sebuah batu hitam kecil, batu kebangkitan. kemudian arwah orang-orang terkasih bermunculan, Harry berbincang-bincang pada Lily, Potter, Lupin dan Sirius. Mereka memberitahu bahwa mereka akan selalu ada dan memang selalu ada dalam hati Harry. Kemudian Harry menjatuhkan batu itu di semak-semak dan menemui Voldemort serta pasukannya. Hagrid terikat dan menjadi sandra. Saat itu tanpa perlawanan Harry terkena kutukan avada kadava hingga ia tewas dan bertemu dengan Dumbeldore di tempat yang seperti King Cros station. Mereka berbincang-bincang dan dari situ Harry tau bahwa ia dapat bangkit dan ia sendiri horcux yang tak diinginkan Voldemort. Dan kutukan itu yang membunuh jiwa Voldemort bukan jiwa Harry, itulah satu-satunya cara menghancurkan seluruh jiwa Voldemort.

Setelah itu ia bangkit kembali dan tetap berpura-pura mati.
Voldemort yang baru bangkit dari pingsan, memerintahkan Narcissa untuk mengecek apakah Harry sudah mati. Saat itu Narcissa berbisik pada Harry "apakah Malfoy masih hidup?"
Harry menjawabnya dengan anggukan kecil. Setelah itu Narcissa mengatakan bahwa Harry telah Mati, kemudian Hagrid menggendongnya menuju Hogwarts

Dengan gembiranya Voldemort beserta pasukannya menuju Hogwarts untuk mengumumkan kematian Harry. Dengan suasana yang pilu pada pasukan Dumbeldore, saat mengetahui semua itu.

Voldemort menawarkan siapa saja yang ingin bergabung dengannya, serta memanggil Draco yang berada di dalam pasukan Dumbeldore untuk kembali. Setelah itu Draco dipeluknya dengan rasa bangga selanjutnya ia menemui orangtuanya, Narcissa dan Lucius. Mereka pergi meninggalkan Hogwarts dan tidak ikut berperang.
Saat itu Neville maju kedepan, saat Voldemort menawarkan kepada smua yang ada untuk bergabung dengannya. Neville dijadikan bahan ejekan Voldemort, bahwa dia mengharapkan seseorang yang jauh lebih gagah. Namun kenyataannya, Neville membangkitkan semangat para pejuang bahwa "Harry boleh saja mati malam ini, namun bukankah setiap hari ada orang yang mati? Dan Harry akan tetap hidup, disini" dia menunjuk jantungnya. seketika itu, ia mengeluarkan Pedang Gryffindor dari topi seleksi dan langsung akan menebas Nagini, namun Voldemort dan Nagini berhasil berapate.

Ron, Hermione dan Neville memburu Nagini. Saat Ron dan Hermione terdesak dan hendak di caplok (jiakakak), muncullah Neville yang langsung menebas kepala Nagini. Langsunglah ular itu menjadi debu.

Sementara itu, Harry berduel dengan Voldemort. Harry memeluk Voldemort dan membawanya terjun kejurang hingga mereka menabrak-nabrak bangunan Hogwarts saat terbang. Sampai akhirnya mendarat di ruangan lapang dan mereka berduel. Dengan mantra tak terucapkan, antara tongkat Harry dan voldemort terkoneksi dan pada saat itulah Nagini mati dan kekuatan Voldemort melemah dan tongkat mereka terpental, dengan sama-sama lemah, mereka berusaha meraih tongkat masing-masing hingga Voldemort mengutuk dengan mantra Avada Kadava tanpa bersuara, namun mantra itu mengenai dirinya sendiri. Dan voldemort lebur menjadi abu.

Sesungguhnya Voldemort bukanlah tuan sebenarnya dari tongkat Elder, karena saat itu ia mengira bahwa Snap lah yang mengalahkan Dumbledore, padahal pada saat itu di menara yang melucuti tongkat Dumbledore adalah draco Malfoy, jadi tongkat itu bertuan pada Draco hingga Harry melucuti tongkat Draco di Puri Malfoy maka itu Harry lah pemilik tongkat Elder.

Dan saat menjelaskan itu pada Hermione dan Ron, Harry mematahkan tongkat Elder menjadi dua dan membuangnya didalam jurang Hogwarts. Hermione dan Ron yang menyaksikan itu sangat terkejut, karena tongkat sihir terkuat didunia barusaja dipatahkan.
Sebenernya kalo saya baca di versi novel kalo ga salah tongkat itu ga di patahkan tapi disimpan kembali dalam kuburan Albus Dumbledore dan akan tetap menjadi milik Harry hingga harry tua dan meninggal dengan wajar maka dengan itu kekuatan tongkat Elder akan lenyap. Agak berbeda sedikit memang. Tapi keseluruhan film ini, benar-benar TOP!! Apalagi melihat efeknya yg 3 dimensi, wuoow, saya aja waktu baru keluar dari theater 21 bener2 pengen beli lagi tiketnya dan nonton 1 kali lagi, di theater 1 yang baru akan dimulai, tapi karena sudah hampir jam 4 sore dan belum sholat jd langsung pulang aja... Plus sayang si uangnya :D hahaha...

Oh iya, diakhir cerita yang manis, 19 tahun kemudian. Saat Harry dan Ginny mengantar anak-anak mereka yang akan sekolah di Hogwarts.. Putra Harry yang merasa ketakutan kalau ia akan masuk Slytherine, dan harry memberitahu sedikit tips dan tidak mengapa kalau ia masuk Slytherine karena nama tengah ia terdapat 2 orang hebat Severus dari slytherine serta Albus dari Gryfindol dan topi seleksi akan mempertimbangkan keinginan juga.
Mereka bertemu dengan keluarga-keluarga penyihir lain yang mengantar anak-anak mereka Molfoy beserta istri dan anak-anaknya serta Hermione dan Ron yang mengantar anak-anak mereka juga. Di 9-3/4 Platform... Film berakhir setelah kereta berangkat.

Walau di ending agak berbeda karena tidak menceritakan beberapa tokoh lainnya, mungkin karena durasi seperti Chou yang menikah dengan Mugle dan anak dari Thonks dan Lupin yang sesekali menginap dirumah Harry. Serta Harry yang menjadi Auror dan Hermione yang sempat bekerja di kementrian sihir.

Wow... Selesai juga seri film ini, dan saya akan benar-benar merindukan menantikan cerita dari film ini

-This Post Just for Sharring-
--Tontonlah langsung filmnya, serta jangan beli kaset bajakan karena itu tidak sebanding dan kalau benar-benar fans Harry potter pasti meluangkan untuk ke bioskop dibanding beli bajakan, atau kalau meu koleksi yang original jauh lebih memuaskan, harga memang tidak pernah bohong---

Monday, August 1, 2011

Coretan Hati

Mentari tanpa cahaya.
Gelap gulita siang dan malam.
Tiada pernah tau arah, untuk belajar pun enggan.
Terlalu angkuh sebagai manusia
merasa sempurna dibanding yang lain
Menutup mata, menutup telinga.
Hanya mulut terus bergumam.
Menatap rendah diriku yang hina, walau mungkin kau jauh lebih hina.
Siapa tau nasib berputar.
mungkin saat itu sifatmu berubah padaku
Dari sang iblis laksana malaikat.
Memakai topeng penuh kepalsuan.
Terlalu muak dengan yang kau lakukan.
Bersikap baik, namun tak bisa padaku.
Lebih baik aku pergi
Terlalu lelah untuk terus mengalah.
Meski smua begitu mencaci
Menyalahkan dan selalu menyalahkanku
Namun aku lebih baik mati lapar
Dari pada memakan apa yang tiada ikhlas diberi
Menjaga dan selalu menjaga
Namun aku lebur tiada yang tau
Tiada akan pernah aku dimengerti
Ku kunci rapat perih ini...
Mungkin kan bahagia bila tiada aku.
Manusia memang takkan pernah dapat adil.


KFN-01-08-2011
10.45pm

Tuesday, May 17, 2011

MEITA

MEITA

Sebuah Kisah Yang Didedikasikan Untuk Anak-anak Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Oleh: Kholifah Fitrianingsih/ Olief Lave

I. Orang-orang Picik

Aku tahu siapa diriku! Tapi, tak seharusnya mereka melakukan ini semua padaku!
Sekolah favorit yang menjadi idaman semua remaja, namun sekolah ini memiliki sistem yang bobrok karena tak dapat memberikan hukuman apapun pada mereka yang punya dana besar untuk kesejahteraan sekolah. Siswa yang memiliki kuasa bisa menindas siapapun yang lemah. Ami... Princes di sekolahku, yang juga teman satu sekolah ketika SMP. Dia selalu menindasku seenak otaknya yang picik dan sadis itu yang tersembunyi dibalik wajahnya yang bak putri raja, cantik dan penuh dengan barang-barang mewah, tapi isi kepalanya benar-benar kosong!

"Dasar anak pungut! Lu itu ga pantes sekolah di tempat sebagus dan semewah ini!" Ami selalu menghinaku seperti itu!

Aku memang anak angkat kedua orang tuaku yang juga selalu menyiksaku dikala suasana hati mereka sedang buruk. Aku memang hanya siswa beasiswa karena kecerdasanku oleh karena itu bisa terus sekolah disini. Namun hatiku jauh lebih kaya dari mereka!

Hanya ada satu orang yang benar-benar selalu ada untukku, yang selalu melindungiku, dan yang selalu menghapus air mataku, dia adalah Arifin. Temanku sejak TK, orang pertama yang menghapus air mataku.
-----¤¤¤-----


Suatu siang bulan Mei di Panti Asuhan, datang seorang ibu dengan riasan tebal dan postur tubuh tinggi serta lumayan berisi. Terlihat rambut ikalnya ia paksakan agar lurus di salon sebelum berangkat, hingga terlihat sangat kaku seperti sapu. Blus yang ia kenakan berwarna-warni seperti lukisan abstrak, sedangkan jari-jemari tangan kanannya menjinjing tas dari kulit buaya, tak lupa sepatu hak tinggi yg ketika berjalan menimbulkan suara jeritan lantai. dengan tangan kirinya ia menggandeng seorang bapak-bapak yang kepalanya berkilau ketika terpantul cahaya, rambutnya hampir habis hingga ia terpaksa harus membotakinya agar orang-orang tak mengetahui bila ia setres hingga mengalami kebotakan. Tubuhnya yang mengenakan setelan Jas Hitam itu tak terlihat begitu tinggi, namun sama berisinya dengan istri yg menggandengnya agar terlihat seperti keluarga harmonis dan bahagia.

Aku sangat ketakutan hingga bersembunyi dibalik tubuh Bunda Aisyah, kepala Panti asuhan yang bertubuh langsing dan mengenakan gamis warna hijau lumut serta jilbab hitam.

Dan pasangan suami istri itulah yang mengadopsiku, yang saat ini menjadi orangtuaku. Serta memberikan kehidupan bak neraka padaku.
-----¤¤¤-----

"Mei... Meita..." pekikan nyaring dari suara seorang wanita.
Bergegas ku berjalan menuruni tangga untuk menghampirinya yang suaranya terdengar seperti knalpot bajaj.
"Ada apa bu?"
"Setrikakan dress ibu yang ini" sambil melemparkan dress hitam kewajahku.
"tapi bukankah yang ini sudah disetrika kemarin?"
"Masih kusut karena kau tak becus menyetrikanya!"
"baik lah..."
"jangan sampai kau rusakan, itu dress mahal!"
Aku langsung menuju kamar untuk menyetrika baju itu, kamar ku sudah seperti kamar pembantu saja.
-----¤¤¤-----

Ketika hampir selesai menyetrika, terdengar suara lemparan kerikil di kaca jendela kamar. Aku tau siapa yg melempar kerikil-kerikil itu. Langsung saja aku berjalan mendekati jendela, dan kami berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat serta membaca gerakan bibir.
"aku tunggu kamu di taman"
"okey... sepuluh menit lagi, aku sedang menyertika"
"oke!" sambil mengacungkan ibujarinya serta tak lupa tersenyumPadaku.

Ketika terdengar pekikan suara Ibu, aku langsung bergegas menghampiri setrikaanku,
Sungguh celakanya aku setrikaan yang tadi kuberdirikan ternyata rubuh dan menempel di pakaian ibu dan membuat lubang di ujung roknya. Buru-buru ku sembunyikan didalam tumpukan baju dalam keranjang.

"Hei!! mana gaunku?"
"i... Ittuuu..."
"MANA!!" teriaknya tepat diwajahku.
Aku benar-benar ketakutan, tubuhku gemetar. "Awas kalau sampai kau rusakkan! Akan kusetrika tanganmu!" matanya melotot seakan mau melompat dari tempatnya. Kemudian Tangannya langsung mencari-cari di tumpukkan baju dalam keranjang. Matanya semakin melotot, mulutnya menganga dan kedua alisnya naik saat menemukan gaun itu. Aku semakin merinding ketakutan, tamatlah riwayatku.

"SINI, KEMARIKAN TANGANMU!!" dia berteriak kalap seperti kesetanan
"maaf... Maafkan aku, aku tidak sengaja bu" aku memelas dan memohon sampai airmataku menetes. Kupegang erat kedua tanganku didada.

"AKU TIDAK MAU DENGAR!! KEMARIKAN!!" dia menarik tanganku, "ATAU KAU MAU WAJAHMU YANG KUSETRIKA?!" Ancamnya sambil menodongkan setrikaan panas didepan wajahku.

Sambil terisak ku berikan tangan kiriku padanya, kupejamkan mataku dan tanpa basa basi dia menempelkan setrikaan panas itu dipunggung tanganku, kugigit bibir menahan rasa sakit itu. Air mata membasahi pipiku dengan deras hingga menetesi bajuku. Setelah itu ia pergi meninggalkanku tanpa berkata apa-apa. Kujatuhkan tubuhku kelantai, melihat tangan kiriku memerah dan melepuh. Lima menit kemudian wanita jahat itu datang sambil melemparkan perban dan segulung plaster penutup luka.
"Tutupi lukamu! Awas kalau sampai ada orang yang tau!" Ancamnya.

Duapuluh menit kemudian wanita kejam itu pergi keacara arisan yang dijemput seorang temannya. Dan aku memiliki waktu kurang lebih tiga jam untuk bertemu Arifin.
-----¤¤¤-----

Dengan kelopak mata yang bengkak karena banyak menitikkan air mata, aku berjalan ke taman untuk menemui Arifin. Dikursi taman dibawah rindangnya Angsana yang bunga kuningnya berguguran seperti salju. Ia duduk sambil menatapku yang baru datang dengan cemas. Aku duduk disebelahny sambil menatap birunya langit.
"Tangan kirimu... Biar kulihat"
"Untuk apa? Aku tidak mau!"
"Aku menyaksikannya, aku melihat semua yang terjadi"
"Tidak apa-apa ko... Tak separah yang kau saksikan" Ku coba tegar dihadapannya.

Perlahan ia menarik keluar tangan kiri yang kusembunyikan dalam kantung jaketku. Dia memperhatikan dengan seksama punggung tangan yang kuperban seadanya. Tatapan miris ia beritahukan melalui matanya padaku. Ia buka lilitan perban untuk melihat seberapa parah luka bakarku.

"Pasti sangat sakit ya? Aku sungguh merasa bersalah padamu Mei, smua ini karena aku memanggilmu. Kalau sampai lukanya tak hilang, aku akan sangat bersalah padamu."
"Hei Rif... Kau tidak bersalah, itu karena aku ceroboh"
"Kalau sampai kau tak menikah karena kau memiliki luka ini, aku yang akan menikahimu."
"kamu ini ngomong apa? Ini hanya luka kecil, tidak perlu dirisaukan" kataku sambil tersenyum.
"Dalam seperti inipun kamu masih bisa tersenyum? Tapi ucapanku barusan serius Mei. Dan kenapa kau tak melawan tadi? Apa kita laporkan saja pada polisi?"
"karena ia Ibuku, walaupun ia ibu angkatku dan tak pernah sekalipun ia menganggapku sebagai anaknya. Tapi sungguh aku menyayanginya, aku menyayangi mereka seperti orang tuaku sendiri"
Aku meneteskan airmata lagi, dan Arifin meminjamkan punggungnya untukku basahi dengan air mata. Rif... Untung aku memilikimu... Sahabat terbaik didunia.
"Mana mungkin aku melaporkan orang tuaku pada Polisi"
"tapi kalau sekali lagi kulihat mereka menyiksamu, akan kulaporkan mereka Mei! Aku sungguh tak tahan melihatmu seperti ini, tiap kali kau dilukai itu seperti melukaiku juga. Sakit rasanya, ditambah lagi tak dapat melakukan apapun"
"Aku tidak apa-apa sungguh, asalkan kau selalu menghapus airmataku itu sudah lebih dari cukup Rif..."
"sini, kuhapus air matamu," dia membalikkan tubuhnya menghadapku setelah itu menghapus lembut airmata dipipiku dengan tangannya yang hangat, "Sekarang kerumahku ya! Kita obati lukamu dengan benar."
Menggunakan sepeda Arifin, kami berangkat menuju rumahnya yang hanya berjarak dua blok dari taman.
-----¤¤¤-----

Sesampainya dirumah Arifin, kami disambut oleh senyuman tante Bunga, bunda Arifin. Setelannya yang berwarna cokelat muda, serasi dengan jilbab yang ia kenakan. Bros perak dengan mutiara-mutiara hitam ia sematkan disisi kiri kerudungnya. Aroma Lili tercium dari tubuhnya, kulitnya yang putih alami terlihat dari tangannya, wajahnya yang cantik alami tanpa riasan, hanya lipstik cokelat yang ia pulaskan dengan tipis, serta tubuh tinggi semampai ditambah cara jalan yang anggun bak model semakin membuatnya cantik sempurna.
Arifin memang pernah cerita kalau bundanya yang cantik itu dulu adalah seorang model, namun ia berhenti setelah mengandungnya. Ini bukan pertama kalinya aku bertemu dengan tante Bunga, namun sejak pertamakali bertemu hingga saat ini rasa kagum itu selalu muncul setiap kali bertemu.
"Hei, sudah pulang? Ada Meita juga..."
"Iya Bun... Aku mau telepon oom Arya" kata Arifin sambil mencium tangan Bundanya.
"Sore Tante..." aku tersenyum lalu mencium tangannya yang harum.
"Hei Mei... silahkan masuk" dia mempersilahkan, "Rif, ada apa tlp oom Arya? Kamu sakit?" tanya tante Bunga khawatir.
"Bukan aku bun, tapi Meita"
"Meita, ah engga ko ga demam" ungkapnya setelah ia memegang keningku untuk mengecek suhu tubuhku.
"bukan demam bun, tapi tangan kirinya." Arifin berlalu untuk menuju telepon yang berada diatas meja diruang keluarga.
Kemudian tante bunga mengecek tanganku, dan ia sangat terkejut melihat luka bakar yang lumayan besar.
"luka bakar, ko bisa sampai ada luka bakar ditanganmu Mei?" sambil berjalan menuju sebuah sofa diruang keluarga. "silahkan duduk Mei!" Tante Bunga mempersilahkan.
Sedangkan Arifin sedang sibuk dengan teleponnya, sesekali ia menoleh dan melayangkan senyuman padaku.
"Aku ceroboh tante"
"Tapi ini seperti cap setrikaan, beneran ini hanya kecerobohan? Apa bukan karena perlakuan Ibu mu Mei? Kudengar ia sangat kejam"
"Ti... Tidak tante, ini smua memang kesalahanku. Dan kami baik-baik saja."
"Ya sudah kalau tidak mau bercerita, tapi kalau Mei membutuhkan bantuan, kami akan siap membantu."
"Terimakasih tante.."
"Tante buatkan cokelat hangat kesukaanmu ya Mei..."
Aku hanya membalasnya dengan senyuman. Setelah itu tante Bunga beranjak dari sofa untuk menuju dapur. Dan Arifin telah selesai dengan teleponnya, ia langsung berjalan menuju sofa. Ia duduk disebelah kananku. Tiba-tiba suasana jadi hening sesaat, merasa tak tau apa yang harus dikatakannya padaku. Rumah mewah yang terasa semakin besar itu benar-benar senyap.
"Papah mu mana Rif?"
"Biasalah, kerja walau dihari libur sekalipun. Kali ini ke Beijing, pagi-pagi sekali sudah berangkat. Padahal...." suaranya semakin pelan "kemarin sore baru saja pulang dari luar kota, aku masih merindukannya"
"Setidaknya kamu masih beruntung, dan itu harus disyukuri" sambil tersenyum getir.
-----¤¤¤-----

Tante Bunga datang membawakan empat cangkir cokelat panas beserta empat piring cake strawberry buatannya.
"Nih... Cokelat panasnya sudah siap, tante juga bawakan cake Strauberry buatan tante tadi pagi loh.. Ayo dicicipi Mei"
"Terimakasih tante, maaf kalau Mei sering merepotkan tante."
"Tidak ko... Kamu sudah tante anggap anak sendiri. Apalagi tante tidak punya anak perempuan."
"Tapi nanti juga kan Bunda punya anak perempuan. Kalau aku sudah menikah Bun.."
"Ya... Kamu benar" tante Bunga tersenyum sambil mengacak-acak rambut anak semata wayangnya.

Duapuluh menit kemudian Dokter Arya datang. Seorang dokter berusia limapuluh tahunan, sebagian rambutnya telah berwarna putih. Ia mengenakan kemeja warna biru langit dengan celana hitam serta menjinjing tas berisi peralatan profesinya.



*Bersambung sampai saya lanjutkan lagi*

Wednesday, March 9, 2011

Tidak ada kata Sempurna

Dan, sekali lagi kulihat kebencian dimatanya yang seakan mengatakan padaku untuk enyah dari hidupnya. Dimatanya terlihat kebencian padaku dan pada kucingku yang menjadi temanku satu-satunya. Setelah kemarin mengungkapkannya dengan beberapa kali membanting pintu dihadapanku tanpa sebab dan kata-kata, amarah benar-benar telah menguasai hatinya. Aku mungkin tak berguna baginya, dan hanya menjadi beban pengeluaran dengan menumpang hidup. Anak yang sungguh tak berguna karena aku tak dapat memberikan kertas-kertas yang dapat dibelanjakan. Tak lebih dari benalu, dan ingin agar aku cepat pergi, mungkin itu yang ada di hatinya. Padahal bukan dia yang menghasilkan biaya untuk hidup, dan rumah inipun bukan rumahnya melainkan rumah yang dibangun bapak dan almarhumah mamahku. Lima tahun yang lalu Bapak menikahinya yang seorang janda beranak 1, dengan harapan dapat mengurus rumah tangga dan sebagai pendampingnya. Aku memang tidak benar-benar menyukai keputusan Bapak, begitupun dengan aa dan tetehku. Karena rasa sayang pada Bapaklah yang membuat kami menerimanya. Aku coba menghhormatinya dan menyayanginya seperti kakak-kakakku. Namun mereka semua sudah berkeluarga dan tidak tinggal disini.

Raut wajahnya yang berubah sangat manis dan menyenangkan untuk para tetangg membuatku mual. Sikapnya yang tak pernah dapat menghargai pekerjaanku mengecilkan usaha dan merasa sia-sia.
Dan tentu saja selalu menjelek-jelekkanku pada Bapak dan semua orang. Sungguh aku merasa seorang diri ada di dunia ini. Tak tau harus berbagi pada siapa bila bukan pada catatan-catatanku.
Buku-buku dan dunia maya seakan menjadi tempat aku bersembunyi dan berlari dari dunia ini. Sambil memuaskan otakku dengan informasi-informasi dan pengetahuan yang sangat menarik seakan segelas air yang disiramkan pada tanah kering. Dan tak ada seorangpun yg tau eskpresi wajahku saat benar-benar tak dapat lagi tersenyum. Walaupun tak banyak yang mengira kalau aku sangat tertekan dengan senyuman yang selalu melekat.

Aku ingin menjadi orang sukses....
Aku ingin memiliki banyak uang....
Agar aku dapat membeli sebuah rumah kecil dari kayu ditepi danau dan menanami penuh dengan lavender di halamanku. Rumah hangat dan nyaman untukku bersama kucingku...

Wednesday, February 23, 2011

Cilegon Extreme Weather

Berhubung, ga jago ngenglish, jadi cukup judulnya aja yg ngenglish biar menarik pembaca gtu, hahahai...

Sudah satu minggu lebih cuaca di Kota ku tercinta, Cilegon, Banten terasa sangat ekstrem... Sangat panas. Cuaca cerah, seharusnya biasa ga begitu membuat keringat mengucur sepanjang hari. Bahkan di malam haripun masih terasa gerah, kipas angin terasa ga berhasil mengusir hawa panas. Semoga saja ini cuaca normal dan tak ada hubungannya dengan aktivitas Krakatau.

Seumur hidup saya dan keluarga besar saya sudah tinggal di kota kecil yang sangat nyaman ini untuk kami. Terlalu banyak kenangan disini.
Di desaku banyak ditanami pohon angsana, palm, tanjung dan jati. Seharusnya sih tidak begitu sepanas ini. Bisa tambah langsing deh :(


Membahas cuaca yg sudah semakin tak menentu, sisi lain kemarau sisi lain kebanjiran. Sisi lain badai pasir sedangkan di sisi lainnya
lagi badai salju. Mungkin karena global warming.
Yah... Sudah saatnya kita peduli pada Bumi.

Btw, kemaren saya lihat dia di depan rumahnya, ketika pengajian malam senin lalu juga terlihat dia aangat berbinar diantara orang-orang lainnya. Pertama kngelihat ketika dia liburan tahun ini ketika sore-sore akan berangkat kemasjid dengan Bapaknya yg dibonceng motor mengenakan baju koko putih. Saya tak dapat membohongi perasaan ini...

Wednesday, February 2, 2011

Cintai aku!

Aku berusaha tak menceritakan apapun tentang kesedihan dalam hidupku.
Aku ingin dikenal sebagai orang yang memiliki kebahagian dengan banyak orang-orang yang mencintaiku. Dan semua orang hanya akan melihat kebahagiaanku.
Rasanya percuma juga kalau cerita, tak ada yang akan mengerti.
Hanya Allah dan diaryku yang menjadi saksi serta yang mengetahui semua yang terjadi serta semua perasaanku.

Rasanya aku ingin pergi ketempat yang hanya ada aku dan sepi bahkan suara anginpun tak terdengar. Tempat yg sangat dingin hingga seakan mencabik-cabik tubuhku. Menangis hingga lelah dan kering air mata... Asing dalam keterasingan.

Cintai aku!
Kumohon...
Agar aku memiliki alasan untuk terus berjuang dan bertahan dari semua ini. (teruntuk orang-orang yg kusayangi, keluarga dan matahari)

Sunday, January 16, 2011

Im Here (sepucuk surat untuk yang terkasih)

Im Here.
(Sepucuk surat untuk yang terkasih)

Hey sayang...
Apa kabar mu? Udara hari ini sangat sejuk bukan? Matahari enggan bersinar terik sehingga membuat malas beraktivitas. Tentu kau sedang melepas rindu dengan orang tuamu

Tapi lihatlah!!
Keluarlah dari kamar, menuju balkon rumahmu. Dan kau akan melihat jalan yang dihiasi Angsana yang tumbuh subur, tentu bila melihat kesebelah kirimu, kau akan disajikan pemandangan lapangan hijau dan sedikit kesana lagi akan terlihat lapangan golf yang terkurung pagar besi, bambu Jepang, serta cemara yang menjulang tinggi seakan kau melihat suasana Belanda.
Yah... Jalan raya kecil yang lurus memotong di depan rumahmu seakan menjadi pemisah dengan Negri lain berarsitektur Eropa, dengan jalan-jalan perumahan lebar yang tertata rapih dengan trotoar dan lahan hijau yang ditanami Angsana, serta rumput jepang disisi jalan. sedangkan Palm, kembang kertas, kamboja serta rumput jepang yang rapih tertanam di tengah sisi hijau pemisah lajur. Itu lah perumahan Karyawan serta pejabat Pabrik terbesar yang telah lebih dari 30 tahun ada di kota kita. Hampir separuh kota kita mereka miliki. Namun sepertinya dinasti itu mulai rapuh dan hampir runtuh.

Yah, desa kita tak sesepi komunitas di seberang jalan itu, anak-anak ramai berlarian ceria. namun tentu tak seramai ketika aku kecil dulu, dimana game-game serta elektronik belum tersentuh kalangan menengah bawah. Sama seperti dirumahku, yang hanya ada elektronik sederhana sebagai hiburan, sebuah TV hitam putih 14" yang sering menjengkelkan ketika memutar untuk mencari siaran belum lagi semut-semut menyerang siaran itu dan radio yang hampir setiap hari memutarkan lagu dangdut.

Kau, tak lama berada di desa ini sayang...
Hanya 12 tahun berturut2 kau tinggal disini, tentu kau takkan mengenaliku yang masih terlalu kecil itu bukan?

Turunlah dari lantai 2 rumahmu melalui tangga sempit yang langsung menuju warung dilantai 1 rumahmu kemudian jalan lah menuju tanjakan yang ada disebelah kananmu, kau akan melihat rumah-rumah berberis rapih disebelah kananmu, sedangkan disebelah kirimu hanya ada pohon Angsana dan pos ronda. Empat rumah dari rumahmu, kau akan melihat rumah sangat besar di sebelah kananmu. Rumah bercat kuning yang mewah, diantara rumah itu kau akan melihat terowongan sempit yang hanya bisa dilalui pejalan kaki atau sebuah motor yang hanya akan bisa sampai depan rumahku karena lebih kesana lagi jalanan sempit dengan selokan yang membelahnya sehingga hanya bisa dilalui pejalan kaki.
Masuki lorong sempit itu, dan kau hitung setelah keluar dari lorong sempit itu. Rumah kedua yang berpagar tembok dengan cat putih yang sudah mulai mengelupas serta bangunan gaya tahun 90'an yang cat-cat nya sudah harus di ganti serta kusen-kusen dan pintu yang bercat hijau muda dengan jendela terlapis kaca film warna hitam. Ketuklah pintunya, dan kau hanya akan menemui aku. Satu-satunya wanita muda berjilbab yang manis dan kau akan berkata "cantik" ketika aku tersenyum.

:), temukan aku... Im here...

Popay untuk Olief

Popay untuk Olief


Oleh: Kholifah Fitrianingsih/ Olief Lave
http://m.facebook.com/olief.lave


Episode IV: Dia Menyelamatkanku

"Iya mah... Ardi masih dirumah sakit bersama Lave, mama tidak marah kan? Ardi ga ada kuliah mah. Mungkin nanti siang Ardi baru pulang, iya, nanti Ardi sampaikan," Ardi menutup teleponnya.
"Tante Ernes ya?" Tanyaku
"Iya, kata mamah baru nanti siang bisa nengok tante. Mamah titip salam juga untukmu"
"Waalaikum salam..."
"Lave, kamu ada kuliah kan hari ini?"
"Iya, aku ada ujian"
"Kamu pulang aja, siap-siap berangkat kuliah"
"tapi... Tante bagaimana, aku khawatir ketika ia siuman tak ada orang disisinya"
"Biar aku yang nungguin tante"
"Kamu ga apa-apa nungguin tante?"
"iya... Sudah sana pulang, trus siap-siap berangkat kuliah"
"Thanks ya"
Ardi hanya tersenyum padaku...
-Popay untuk Olief-

Selesai! Akhirnya selesai juga kuliah hari ini. Seperti biasa, nilai tertinggi diraih oleh sahabatku Namira. Sedangkan aku menempati posisi ke dua. Sulit rasanya untuk menyaingi Namira yang otaknya super smart itu. Namun kehidupannya tak jauh lebih beruntung dariku. Sejak bunda Namira menikah lagi dengan seorang pria kaya, Namira sering murung. Bundanya sering mendapatkan perlakuan tidak baik dari ayah tirinya yang tempramental. Pernah suatu ketika, dia menangis terisak-isak sambil memelukku di UGD sebuah rumah sakit karena bundanya terkapar dengan luka-luka memar akibat perlakuan kasar suami barunya yang telah 3 tahun dinikahi. Itu hanya sedikit kisah tentang Namira yang cantik dan smart itu.
Aku berjalan dari kampus menuju halte bus yang tak begitu jauh. Masih khawatir dengan keadaan tante, dan ingin segera berada di Rumah sakit untuk melihat keadaannya sekaligus bergantian dengan Ardi agar dia dapat pulang dan beristirahat.
Sampai halte juga, tapi bus baru saja berangkat. Semoga takkan lama untuk bus selanjutnya datang. Suasana halte sepi, hanya ada aku dan dua orang anak SMU yang membolos untuk memilih berpacaran.
"hey!! Lu cewe yang waktu itu kan?"
Seseorang berteriak dengan nada membentak sambil menunjukku, sedangkan seorang kawannya menggenggam tanggannya seakan bersiap-siap untuk berkelahi sambil tersenyum dan tertawa kecil -licik-. Mereka berdua berjalan mendekatiku.
Aku mengenali mereka, dua orang preman yang beberapa hari lalu hendak menindas seorang ibu penjual kue.
"oooh... Kalian, bajingan yang hanya berani menindas perempuan dan orang tua"
"gwe belum selesai ngasih perhitungan waktu itu!" kata preman berbadan kekar dan bertato ular yang melilit di lengan kirinya.
"dia... Sendirian" kata seorang lagi, sambil menatapku tanpa ekspresi. Hanya tatapan matanya yang tajam seakan dapat membunuh siapapun yang dilihatnya, kemudian dia tersenyum yang semakin membuatku takut. "kira-kira, apa isi tasnya?" katanya lagi.
aku langsung memegang erat tas ku mendengar kata-kata preman tanpa ekspresi itu.
"kalian bener-bener pengecut!!" kataku
"heh, lu denger ga apa kata temen gwe barusan? Serahin tas lu!!" bentak pria dengan tato ular sambil menarik hendak merebut tas ku.
Aku memegangnya erat dan tak mau melepaskannya. Kemudian ku pukul kepala preman bertato itu menggunakan fail map yang kupegang ditangan kiriku, lalu kuinjak kakinya kemudian aku berlari untuk menyelamatkan diri. Ternyata preman bertato itupun merasa kesakitan. Sedang yang seorang lagi mengejarku.
Aku terus berlari dengan sekuat tenaga tanpa arah. melewati trotoar sempit melewati para pejalan kaki, kendaraan parkir, dan pedagang kaki lima. Sedangkan orang yang melihat, hanya diam dan tak berani menolong. Aku sungguh tak menyangka mereka menaruh dendam padaku. Cape... Kakiku sudah tak kuat lagi berlari, nafasku sudah sesak.
Sampai di lorong samping rumah susun aku terjatuh karena kelelahan dan tak kuat berdiri lagi. tepat di sampingku terdapat tangga menuju lantai-lantai atas rumah susun itu. seseorang sedang duduk bersandar di tembok dengan wajah yg tertutup topi, sepertinya ia tidur.
"tolooong.... Tolong aku..." kataku lirih sambil meneteskan air mata dan terus menatap pria di tangga.
Jejak kaki berlari terdengar dari kejauhan dan semakin mendekat. Aku semakin takut.
"Allah... Ku mohon, selamatkan aku lagi kali ini"
Preman tanpa ekspresi itu sampai diujung lorong dengan nafas yang cepat. Disusul kedatangan preman bertato ular yang juga tak kalah kelelahan.
"untuk ukuran cewe, lu jago lari juga. Harusnya lu jadi atlit, bukan jadi pahlawan kesiangan"
Aku berusaha berdiri dan menunjukkan pada mereka kalau aku kuat dan tak takut.dengan berjalan perlahan menjauhi mereka, namun kali ini aku tak dapat menghindar lagi. Seperti banci mereka berdua menyudutkanku. Yang seorang merebut tasku dan yang seorang lagi mendorong tubuhku hingga terjatuh.
Kaki kiriku terkilir akibat tertindih tubuhku sendiri, karena posisi jatuh yang salah. Aku tertunduk sambil memegang kaki yang sakit.
Sementara preman bertato mengacak-acak isi tasku, preman tanpa ekspresi berlutut kemudian menatapku tajam. Aku balik menatapnya lebih tajam, namun tanpa terasa airmata mengalir kepipiku.
"kalung lu... gwe mau kalung lu!"
"engga!! Aku ga akan kasiin kalung ini. Ga untuk kalung ini!!" kataku tegas.
"berikan!!" dia berteriak didepan mukaku sambil hendak memukulku.
Aku menutup kedua mata sambil tertunduk dan memegang erat bandul kalungku. Tapi, tangan kasarnya tak juga sampai menyakitiku.
"hoammh... Lu ganggu tidur gwe aja, dan gwe paling ga suka liat banci kaya lu!"
Suara pria yang sepertinya aku kenali. Ku buka mata, dan ternyata pria yang tadi tidur di tangga telah mencegah dengan memegang tangan yang hendak memukulku. Tapi dia... Aku tak mengenalnya, namun suaranya seperti suara orang yang kukenali.
"lu kan...?" preman itu berusaha melepaskan tangannya
"iya, ini gwe...." sambil melepaskan tangan itu dan mendorongnya sehingga preman itu tersungkur dan berjalan agak menjauh. Kemudian dia mendekatiku sambil berbisik ditelingaku "tutup mata dan telinga lu!"
Aku menuruti kata-katanya, untuk menutup mata dan telingaku. Tak mengetahui apa yang sedang terjadi, hanya samar-samar suara teriakan dan suara tubuh yang beradu. Aku benar-benar ketakutan. Sama seperti perasaanku ketika peristiwa dipasar malam, saat Popay menolongku. Saat pertama kali aku mengenalnya.
-Hening- seakan waktu berhenti, dan aku terseret mundur kemasa lalu. Semua kenangan yang telah kulalui bermunculan kembali. Otakku seperti sebuah DVD yang memutarkan peristiwa-peristiwa dimasa lalu. Kenangan bersama Ayah dan bunda, Syam, tante, Ardi, hingga kejadian beberapa menit lalu.
"kau boleh membuka mata dan telingamu" sambil menurunkan tangan yang menutupi telingaku.
suara itu mengembalikanku ke masa kini, DVD itu telah dimatikan. Perlahan kubuka kedua mataku. Dua orang preman tadi telah terkapar dengan wajah yang memar-memar dengan suara kesakitan
"ini tas lu kan?"
"i... Iya,"
"isinya masih lengkap?"
"iya masih lengkap, terimakasih"
"kaki lu bagaimana? Bisa berdiri?" sambil membantuku berdiri.
"aw.... Sakit"
"coba gwe periksa kaki lu!! Duduk"
Aku duduk di atas anak tangga, kemudian dia memeriksa kakiku dan memijitnya. Sedangkan para preman itu mengendap-endap untuk segera kabur
"pelan-pelan, sakiit"
"kaki lu cuma memar. lu ada masalah apa sama mereka?"
"engga ada, cuma aku pernah menolong seorang ibu penjual kue yang mau mereka jahati"
"mereka benar-benar pengecut"
"kamu... Kenapa kamu menolongku? Bukankah kamu sedang tidur tadi?"
"mereka ganggu tidur gwe, bay the way kaki lu udah enakan?"
"iya, jauh lebih enakan... Emmm... Terimakasih"
"sekarang lebih baik lu pulang! Gwe mau lanjutin tidur di atas"
Dia langsung pergi menaiki anak tangga, kemudian aku berdiri dan memanggilnya.
"hey... Nama ku Lave, nama kamu siapa?"
"Sam... Samy"
-Popay untuk Olief-

Menuju rumah sakit menggunakan taxi. Berjalan menuju ruangan ICU dengan kaki yang sedikit pincang. Namun, ketika masuk kedalam ruangan sudah tidak ada orang. Tante dan Ardi tidak ada di dalam ruangan. Ku datangi ruangan suster untuk menanyakan nya.
"Sus, pasien yang ada diruangan ICU yang masuk tadi malam sekarang ada dimana ya?"
"pasien kasus narkoba?"
"iya, dia tanteku"
"Sudah siuman, baru saja dipindahkan ke kamar 251 di lantai 3"
"terimakasih suster"
Syukurlah tante sudah siuman. Sambil berjalan, aku terus berucap syukur. Allah telah mengirimkan seseorang tadi untuk menolongku. Mengirimkan Samy. Hah... Bodohnya aku sempat berfikir kalau Allah jahat padaku, atas jalan hidup berat yang aku jalani. Padahal, Allah masih berbaik hati karena aku masih memiliki Ardi dan tante yang walau seperti itu. Serta selalu menolongku melalui seseorang.
-Popay untuk Olief-
Dari luar ruangan ku dengar suara orang asik mengobrol. Suara Ardi, tante, dan tante Ernes. Aku langsung masuk setelah mengetuk pintu.
"Assalamualaikum..."
"wa alaikum salam..." jawab Ardi sambil melihat kedatanganku, "hay say... Baru pulang? Kaki kamu kenapa?"
"engga apa-apa, tadi ada sedikit insiden. Tapi seseorang telah menolongku"
"beneran kaki kamu ga apa-apa Lave?" tanya tante Ernes cemas.
"iya tante ga apa-apa"
Obrolan hangatpun kemudian tercipta, dengen sedikit candaan mengenai reka ulang kejadian tadi malam. Yah... Peristiwa yang sangat menegangkan itu ternyata dapat jadi lelucon setelah semuanya berlalu. Selalu ada hal yang dapat membuat kita tertawa dibalik kejadian buruk sekalipun. itulah kehidupan.
"Lave, tante akan berusaha berubah untuk lebih baik"
"Lave seneng ngedenger tante mau berubah"
"Di balik musibah pasti ada hikmah" Ardi tersenyum sambil memegang pundakku.
"dan, Imelda juga sudah semestinya berubah. Inget usia jeng, malu... Masa yang anak muda bisa jauh lebih dewasa dari kita, masa lalu yang buruk biarkan hanya sebagai pembelajaran saja" Tante Ernes berusaha menasehati dengan gurauan
"iya jeng, saya sungguh menyesal"Air mata mengalir dari wajah yang masih terlihat pucat itu.
Aku langsung memeluk tante Imelda sambil berbisik, "kita pasti bisa melalui semua ini bersama, tante"
"Lave, maafkan tante"
-Popay untuk Olief-

BERSAMBUNG.....