Thursday, October 11, 2012

Lavelyne chapter 1: Purple Hall Palace


Lavelyne
BOOK 1
Writed by: Olief Lave/
Kholifah fitrianingsih

Cerita ini terimajinasi dari mimpi yang menemani hampir setiap malam tanpa bintang, malam tak berkawan, imajinasi tanpa batas masa kecilku. Negeri, keluarga, kekasih, cinta, lawan dan kawan imajinasi.
This story writed by Olief Lave for my dear Antony.

1. Purple Hall Palace
Pertengahan musim panas 1786, kesibukan rakyat dua negara besar yang bersebelahan untuk sebuah perhelatan akbar abad ini. Peresmian penyatuan pernikahan antara Lavelyne Hilaire Aldrich princess of Inciba dengan putra mahkota Antony Wyatt Prince of Alcander.
Lavelyne dan Anthony telah menikah saat mereka masih usia kanak-kanak, Lavelyne yang saat itu masih berusia 11 tahun dan Antoni 13 tahun. Mereka sudah saling cinta sejak pertama kali bertemu di acara makan malam yang diadakan di Inciba. Cinta pandangan pertama yang terjadi tiga tahun sebelumnya.
“Ibunda, apakah gadis cantik yang turun dari tangga itu adalah peri?” Ucap Antoni kepada Ratu Venus saat ia pertama kali melihat Lavelyne.
Pertanyaan polos itu membuat semua tamu undangan yang berada di ruang makan tertawa terbahak-bahak. Termasuk Raja Hilaire dan para mentrinya, Raja Wyatt dan adiknya, Pangeran Baldwin, serta Ratu Venus, Putri Viona, dan Ratu Claire yang terkekeh. Sementara, Lavelyne tertunduk malu. Sejak saat itu, mereka menjadi akrab dan sering bertemu.
Antony langsung mengatakan kepada kedua orang tuanya saat malam hari lepas masa kanak-kanak yang akan ia jalani.
“Ibunda, aku akan menikah dengan Lavelyne setelah aku dinyatakan sebagai pria dewasa.” Ucapnya seperti pria dewasa berusia 20 tahun yang sudah mantap untuk menikah.
Sudah peraturan sebagai anggota keluarga kerajaan Alcander yang mengharuskan untuk segera menikah selepas upacara melepas masa kanak-kanak. Akan tetapi mereka masih tinggal terpisah, dan bertemu hanya di musim panas untuk menumbuhkan perasaan cinta.
Mereka baru tinggal bersama setelah upacara peresmian pernikahan, setelah mempelai wanita berusia 18 tahun. Barulah pada saat peresmian pernikahan itu, pesta diadakan dengan meriah.
Putri Lavelyne adalah putri tunggal dari Raja Hilaire Aldrich III dan Ratu Claire Aldrich,  dari kerajaan Inciba, generasi ke empat dari kerajaan yang telah berdiri lebih dari 100 tahun.
Sedangkan Putra Mahkota Antony telah kehilangan ayah dan ibunya secara misterius, saat ia berusia 13 tahun, hanya dua bulan berselang setelah pernikahan Antoni. Dan tak ada yang dapat ia lakukan untuk mencarinya. Raca Wyatt Alcander II dan Ratu Venus di kabarkan menghilang atau tewas dalam perampokan yang terjadi ketika perjalanan pulang dari undangan jamuan pengukuhan Raja baru yang diadakan di negeri Sahabat. Sejak itu, ia di asuh oleh Baldwin Abelard, pamannya.
Pernikahan mereka yang akan di langsungkan tiga hari lagi, yaitu Minggu 15 Agustus 1786 adalah penyatuan antara dua kerajaan besar yang akan saling memperkuat, dan peristiwa bersejarah yang indah itu akan di laksanakan di Purple Hall Palace yang terdapat di pedesaan dengan padang savana yang luas, istana musim panas sekaligus tempat yang sering dikunjungi Lavelyne saat musim panas, dengan tak lupa mengundang Antony serta. Purple Hall Palace bukanlah istana inti kerajaan Inciba, karena Istana Inciba letaknya di tengah kota dan memerlukan waktu empat jam dari sana untuk menuju Purple Hall Palace.
Banyak kepala negar yang berspekulasi kalau ini adalah pernikahan politik, gosip itu tersebar di beberapa negara tetangga serta menimbulkan berbagai spekulasi serta ketakutan terancamnya negara mereka karena mereka mengira penyatuan Inciba dan Alcander dilakukan untuk menaklukkan dunia. Namun gosip tersebut berangsur melemah dan menguap setelah mengetahui fakta sebenarnya yang di ceritakan dari mulut ke mulut dikalangan rakyat Inciba dan Alcander yang telah bertahun-tahun tahu bahwa Lavelyne dan Antony telah saling mengenal selama sepuluh tahun, serta telah saling mencintai sebelum mereka dinikahkan saat masih kanak-kanak.
Lavelyne 1
Dua hari sebelum hari bahagia itu, Lavelyne terlihat gelisah, melamun di balkon lantai tiga Istana Tengah Purple Hall. Tatapan matanya kosong saat memandang bunga-bunga lavender yang bermekaran dan bergoyang tertiup angin sepoi-sepoi yang lembab, burung-burung beterbangan bolak-balik bergantian melepaskan panas dan dahaga dengan mencelupkan diri sambil meminum jernihnya air mancur yang terdapat di halaman depan.
Jalan berubin yang di lalui kereta kuda telah di bersihkan hingga tiada debu maupun daun yang hinggap, walau kereta kuda pengangkut bahan makanan, bunga, kain-kain dan sebagainya bergantian berlalu. Suasana teramat sibuk seperti di tengah pasar kota, semua orang tergesa-gesa di kejar waktu yang semakin mendekat, namun kereta kuda rombongan mempelai pria belum juga terlihat sampai.
"Apa yang kau risaukan putriku?"
Suara lembut tak mengagetkan mengiringi sentuhan tangan yang halus dan hangat di bahu Lavelyne.
"Ibunda Ratu Claire, hormat ananda pada Ratu." Lavelyne memberi  salam hormat sambil sedikit membungkuk dan mengangkat gaun coklat mudanya yang panjang.
"Sudahlah, apakah di tengah kesibukan seberti ini, tatakrama kerajaan masih di pergunakan?" Canda Claire, "Dan bukankah kita seperti tak terlihat saat ini?" Tambahnya dengan berbisik.
Lavelyne tersenyum kecil mendengar lelucon garing yang di ucapkan Claire untuk menghiburnya yang gelisah.
"Jadi apa yang membuatmu murung menjelang hari bahagia?"
Lavelyne berpikir  sejenak, apakah ia akan pantas menanyakan hal itu kepada Ibunya di saat seperti ini? Menceritakan semua kegelisahannya. Namun bukankah Claire adalah tetap seorang ibu kandung yang selalu dapat mendengarkan keluh kesah Lavelyne?
"Apakah ... yang ku lakukan ini benar? Apakah pernikahan ini benar, Ibunda?"
"Bagaimana menurutmu?"
"Aku ragu."
"Ragu?" Tanya Claire dengan alis mata yang naik sebelah.
"Bukan ... bukan karena aku tak mencintai Antony," Lavelyne langsung mengoreksi, "Aku sangat mencintai Antony tapi, aku takut keputusan kami ini tidak benar."
"Mengapa kau menganggap ini tidak benar? Bukankah ini yang kau impikan sejak bertahun-tahun lalu? Menunggu hingga usiamu 18 tahun."
"Aku takut pernikahan ini akan melukai seseorang."
"Siapa?" Selidik Claire.
"Ah ... tidak ada," jawab Lavelyne sambil tertunduk.
"Putriku, aku tahu seperti apa hari-hari menjelang pernikahan, semua terasa berkali-kali lipat lebih berat dan gelisah. Bertanya serta berfikir keras apakah keputusan itu benar? Karena takut salah memilih. Hal itu teramat wajar,  putriku." Claire merapikan rambut putrinya,  "Entah mungkin ini terakhir kalinya ibu merapihkan rambutmu, dan kelak akan ada Antony yang menggantikannya. Namun, perlu di ingat bahwa kau adalah seorang putri yang setiap gerak-geriknya menjadi gosip. Ibu tidak ingin orang-orang bergosip bahwa kau terpaksa menerima pernikahan ini, karena melihat raut wajahmu yang merana."
"Aku mengerti, Ratu."
Dengan cepat Claire memeluk Lavelyne, hangat dan harum bunga Lily tercium dari tubuh Clair. Aroma khas yang di hafal betul oleh Lavelyne.
"Keputusanmu untuk menikah dengan Antony adalah tepat. Menikah dengan saling cinta itu yang paling diharapkan semua pasangan, Putriku. Dan tak perlu memikirkan yang lainnya."
Claire perlahan melepaskan pelukannya, dan meninggalkan putrinya di balkon agar dapat berpikir jernih.
Setelah mendapatkan ketenangan selama tiga menit yang hening, Lavelyne beranjak menuju lantai dasar untuk melihat semua persiapan yang telah di lakukan di tempat yang akan menjadi tempat pernikahannya.
Dengan menuruni tangga kayu yang sedang di poles supaya mengkilap, ia berdiri memandang hall yang berada tepat di depan matanya, para pelayan yang terlihat sibuk seakan tak melihat kehadiran Lavelyne hingga dua orang pelayan yang sedang mengelap tangga kayu menyadari kehadirannya. Hal itu membuat seluruh pelayan yang ada, memberikan salam bungkukan kecil. Lavelyne membalas salam mereka,  sehingga kegiatan dapat berjalan normal kembali.
Memandang setiap inci ruangan hall yang megah dengan segala nuansa ungu, pink, putih dan emas. Siapapun akan berdecak kagum dengan segala ke-elegan-an dan kemewahannya apalagi, bila semua sudah selesai saat seluruh ruangan berhiaskan banyak bunga-bunga menawan dan harum.
Tempat lilin dari kristal yang memantulkan cahaya perak serta spektrum pelangi yang terbentuk, dinding bercat ungu, gazebo dari kayu berpahatan yang bagian bawahnya lurus persegi sedangkan atasnya membentuk lengkungan yang saling terhubung seperti bagian atas simbol cinta, yang berada tepat lurus di hadapannya. Gorden-gorden berwarna ungu dari bahan sutera dan renda di tiap sisinya yang di ikat dengan kain pink yang dibentuk pita. Langit-langit hall yang telah selesai di cat ulang dengan warna putih dan emas di bagian ukirannya, kaca-kaca jendela, dan meja-meja prasmanan yang ditutup kain yang berkerut-kerut.
Semua terlihat sempurna sesuai keinginan Lavelyne, sesuai dengan keseluruhan kepribadiannya yang elegan.
Setelah puas memandang semuanya yang terlihat sempurna, Lavelyne keluar melalui pintu samping yang langsung terhubung dengan lorong. Menuju tempat paling nyaman di Purple Hall Palace, tempat yang paling tepat untuk menenangkan pikiran.
Tempat itu terletak tepat beberapa puluh meter di belakang sayap kanan istana. Setelah melewati taman yang berada di belakang sayap kanan. Taman yang sangat terawat, serta luar biasa luas. Taman yang ditanami daisy berwarna-warni yang di susun beraturan, morning glory yang merambati gajebo yang di bentuk seperti lorong sepanjang lima meter yang berawal dari bagian belakang sayap kanan.
Pohon beringin besar yang di pagar tembok sekelilingnya agar orang dapat duduk-duduk disitu. Pada bagian sisi jalan ubin yang bertanah, ditanami white lily dan belladona.
Di ujung taman terdapat gajebo yang terbuat dari kayu, kemudian di perindah dengan cat berwarna putih. Atapnya sendiri adalah genteng. Didalam gajebo terdapat empat kursi yang mengelilingi sebuah meja bundar. Tempat itu sering digunakan sebagai tempat minum teh sambil bersantai menikmati keindahan taman.
Pada bagian paling ujung istana, terdapat sebuah labirin raksasa yang terbuat dari tanaman merambat. Tingginya sekitar lima meter. Luasnya berhektar-hektar. Sedangkan bentuknya sendiri adalah kotak persegi dan didalamnya terdapat jalan yang rumit. Tidak ada seorangpun yang ingin masuk kedalam labirin itu bila ia tidak mengetahui jalan keluar maupun rutenya. Labirin Aldrich di buat oleh Raja Aldrich I, generasi pertama Raja dari Inciba.
Labirin Aldrich menyimpan banyak misteri serta rahasia yang hanya diturunkan dan diberitahukan kepada calon penerus tahta kerajaan. Dahulunya, Purple Hall Palace adalah istana inti tempat tinggal Raja Aldrich I, dimana pusat menjalankan segala pemerintahan dilakukan di sini. Akan tetapi semenjak kakek Lavelyne yang menjadi raja, pusat kepemimpinan di pindahkan ke City Palace untuk lebih dekat dengan rakyatnya.
Lavelyne 1

No comments:

Post a Comment