Lavelyne
BOOK 1
Writed by: Olief Lave/
Kholifah fitrianingsih
Cerita ini terimajinasi dari mimpi yang menemani hampir
setiap malam tanpa bintang, malam tak berkawan, imajinasi tanpa batas masa
kecilku. Negeri, keluarga, kekasih, cinta, lawan dan kawan imajinasi.
This story writed by Olief Lave for my dear Antony.
1. Purple Hall Palace
Pertengahan musim panas
1786, kesibukan rakyat dua negara besar yang bersebelahan untuk sebuah perhelatan
akbar abad ini. Peresmian penyatuan pernikahan antara Lavelyne Hilaire Aldrich
princess of Inciba dengan putra mahkota Antony Wyatt Prince of Alcander.
Lavelyne dan Anthony
telah menikah saat mereka masih usia kanak-kanak, Lavelyne yang saat itu masih
berusia 11 tahun dan Antoni 13 tahun. Mereka sudah saling cinta sejak pertama
kali bertemu di acara makan malam yang diadakan di Inciba. Cinta pandangan
pertama yang terjadi tiga tahun sebelumnya.
“Ibunda, apakah gadis
cantik yang turun dari tangga itu adalah peri?” Ucap Antoni kepada Ratu Venus
saat ia pertama kali melihat Lavelyne.
Pertanyaan polos itu
membuat semua tamu undangan yang berada di ruang makan tertawa terbahak-bahak.
Termasuk Raja Hilaire dan para mentrinya, Raja Wyatt dan adiknya, Pangeran
Baldwin, serta Ratu Venus, Putri Viona, dan Ratu Claire yang terkekeh.
Sementara, Lavelyne tertunduk malu. Sejak saat itu, mereka menjadi akrab dan
sering bertemu.
Antony langsung
mengatakan kepada kedua orang tuanya saat malam hari lepas masa kanak-kanak
yang akan ia jalani.
“Ibunda, aku akan
menikah dengan Lavelyne setelah aku dinyatakan sebagai pria dewasa.” Ucapnya
seperti pria dewasa berusia 20 tahun yang sudah mantap untuk menikah.
Sudah peraturan sebagai
anggota keluarga kerajaan Alcander yang mengharuskan untuk segera menikah
selepas upacara melepas masa kanak-kanak. Akan tetapi mereka masih tinggal
terpisah, dan bertemu hanya di musim panas untuk menumbuhkan perasaan cinta.
Mereka baru tinggal
bersama setelah upacara peresmian pernikahan, setelah mempelai wanita berusia 18
tahun. Barulah pada saat peresmian pernikahan itu, pesta diadakan dengan
meriah.
Putri Lavelyne adalah
putri tunggal dari Raja Hilaire Aldrich III dan Ratu Claire Aldrich, dari kerajaan Inciba, generasi ke empat dari
kerajaan yang telah berdiri lebih dari 100 tahun.
Sedangkan Putra Mahkota
Antony telah kehilangan ayah dan ibunya secara misterius, saat ia berusia 13
tahun, hanya dua bulan berselang setelah pernikahan Antoni. Dan tak ada yang
dapat ia lakukan untuk mencarinya. Raca Wyatt Alcander II dan Ratu Venus di
kabarkan menghilang atau tewas dalam perampokan yang terjadi ketika perjalanan
pulang dari undangan jamuan pengukuhan Raja baru yang diadakan di negeri
Sahabat. Sejak itu, ia di asuh oleh Baldwin Abelard, pamannya.
Pernikahan mereka yang
akan di langsungkan tiga hari lagi, yaitu Minggu 15 Agustus 1786 adalah
penyatuan antara dua kerajaan besar yang akan saling memperkuat, dan peristiwa
bersejarah yang indah itu akan di laksanakan di Purple Hall Palace yang
terdapat di pedesaan dengan padang savana yang luas, istana musim panas
sekaligus tempat yang sering dikunjungi Lavelyne saat musim panas, dengan tak
lupa mengundang Antony serta. Purple Hall Palace bukanlah istana inti kerajaan
Inciba, karena Istana Inciba letaknya di tengah kota dan memerlukan waktu empat
jam dari sana untuk menuju Purple Hall Palace.
Banyak kepala negar yang
berspekulasi kalau ini adalah pernikahan politik, gosip itu tersebar di
beberapa negara tetangga serta menimbulkan berbagai spekulasi serta ketakutan
terancamnya negara mereka karena mereka mengira penyatuan Inciba dan Alcander
dilakukan untuk menaklukkan dunia. Namun gosip tersebut berangsur melemah dan
menguap setelah mengetahui fakta sebenarnya yang di ceritakan dari mulut ke
mulut dikalangan rakyat Inciba dan Alcander yang telah bertahun-tahun tahu
bahwa Lavelyne dan Antony telah saling mengenal selama sepuluh tahun, serta
telah saling mencintai sebelum mereka dinikahkan saat masih kanak-kanak.
Lavelyne 1
Dua hari sebelum hari
bahagia itu, Lavelyne terlihat gelisah, melamun di balkon lantai tiga Istana
Tengah Purple Hall. Tatapan matanya kosong saat memandang bunga-bunga lavender
yang bermekaran dan bergoyang tertiup angin sepoi-sepoi yang lembab,
burung-burung beterbangan bolak-balik bergantian melepaskan panas dan dahaga
dengan mencelupkan diri sambil meminum jernihnya air mancur yang terdapat di
halaman depan.
Jalan berubin yang di
lalui kereta kuda telah di bersihkan hingga tiada debu maupun daun yang
hinggap, walau kereta kuda pengangkut bahan makanan, bunga, kain-kain dan sebagainya
bergantian berlalu. Suasana teramat sibuk seperti di tengah pasar kota, semua
orang tergesa-gesa di kejar waktu yang semakin mendekat, namun kereta kuda
rombongan mempelai pria belum juga terlihat sampai.
"Apa yang kau
risaukan putriku?"
Suara lembut tak mengagetkan
mengiringi sentuhan tangan yang halus dan hangat di bahu Lavelyne.
"Ibunda Ratu
Claire, hormat ananda pada Ratu." Lavelyne memberi salam hormat sambil sedikit membungkuk dan
mengangkat gaun coklat mudanya yang panjang.
"Sudahlah, apakah
di tengah kesibukan seberti ini, tatakrama kerajaan masih di pergunakan?" Canda
Claire, "Dan bukankah kita seperti tak terlihat saat ini?" Tambahnya
dengan berbisik.
Lavelyne tersenyum kecil
mendengar lelucon garing yang di ucapkan Claire untuk menghiburnya yang gelisah.
"Jadi apa yang
membuatmu murung menjelang hari bahagia?"
Lavelyne berpikir sejenak, apakah ia akan pantas menanyakan hal
itu kepada Ibunya di saat seperti ini? Menceritakan semua kegelisahannya. Namun
bukankah Claire adalah tetap seorang ibu kandung yang selalu dapat mendengarkan
keluh kesah Lavelyne?
"Apakah ... yang ku
lakukan ini benar? Apakah pernikahan ini benar, Ibunda?"
"Bagaimana
menurutmu?"
"Aku ragu."
"Ragu?" Tanya Claire
dengan alis mata yang naik sebelah.
"Bukan ... bukan
karena aku tak mencintai Antony," Lavelyne langsung mengoreksi, "Aku
sangat mencintai Antony tapi, aku takut keputusan kami ini tidak benar."
"Mengapa kau
menganggap ini tidak benar? Bukankah ini yang kau impikan sejak bertahun-tahun
lalu? Menunggu hingga usiamu 18 tahun."
"Aku takut
pernikahan ini akan melukai seseorang."
"Siapa?" Selidik
Claire.
"Ah ... tidak ada,"
jawab Lavelyne sambil tertunduk.
"Putriku, aku tahu
seperti apa hari-hari menjelang pernikahan, semua terasa berkali-kali lipat
lebih berat dan gelisah. Bertanya serta berfikir keras apakah keputusan itu benar?
Karena takut salah memilih. Hal itu teramat wajar, putriku." Claire merapikan rambut
putrinya, "Entah mungkin ini
terakhir kalinya ibu merapihkan rambutmu, dan kelak akan ada Antony yang
menggantikannya. Namun, perlu di ingat bahwa kau adalah seorang putri yang
setiap gerak-geriknya menjadi gosip. Ibu tidak ingin orang-orang bergosip bahwa
kau terpaksa menerima pernikahan ini, karena melihat raut wajahmu yang
merana."
"Aku mengerti,
Ratu."
Dengan cepat Claire
memeluk Lavelyne, hangat dan harum bunga Lily tercium dari tubuh Clair. Aroma
khas yang di hafal betul oleh Lavelyne.
"Keputusanmu untuk
menikah dengan Antony adalah tepat. Menikah dengan saling cinta itu yang paling
diharapkan semua pasangan, Putriku. Dan tak perlu memikirkan yang
lainnya."
Claire perlahan
melepaskan pelukannya, dan meninggalkan putrinya di balkon agar dapat berpikir
jernih.
Setelah mendapatkan
ketenangan selama tiga menit yang hening, Lavelyne beranjak menuju lantai dasar
untuk melihat semua persiapan yang telah di lakukan di tempat yang akan menjadi
tempat pernikahannya.
Dengan menuruni tangga
kayu yang sedang di poles supaya mengkilap, ia berdiri memandang hall yang
berada tepat di depan matanya, para pelayan yang terlihat sibuk seakan tak
melihat kehadiran Lavelyne hingga dua orang pelayan yang sedang mengelap tangga
kayu menyadari kehadirannya. Hal itu membuat seluruh pelayan yang ada,
memberikan salam bungkukan kecil. Lavelyne membalas salam mereka, sehingga kegiatan dapat berjalan normal
kembali.
Memandang setiap inci
ruangan hall yang megah dengan segala nuansa ungu, pink, putih dan emas.
Siapapun akan berdecak kagum dengan segala ke-elegan-an dan kemewahannya apalagi,
bila semua sudah selesai saat seluruh ruangan berhiaskan banyak bunga-bunga
menawan dan harum.
Tempat lilin dari
kristal yang memantulkan cahaya perak serta spektrum pelangi yang terbentuk,
dinding bercat ungu, gazebo dari kayu berpahatan yang bagian bawahnya lurus
persegi sedangkan atasnya membentuk lengkungan yang saling terhubung seperti
bagian atas simbol cinta, yang berada tepat lurus di hadapannya. Gorden-gorden
berwarna ungu dari bahan sutera dan renda di tiap sisinya yang di ikat dengan
kain pink yang dibentuk pita. Langit-langit hall yang telah selesai di cat
ulang dengan warna putih dan emas di bagian ukirannya, kaca-kaca jendela, dan
meja-meja prasmanan yang ditutup kain yang berkerut-kerut.
Semua terlihat sempurna
sesuai keinginan Lavelyne, sesuai dengan keseluruhan kepribadiannya yang
elegan.
Setelah puas memandang
semuanya yang terlihat sempurna, Lavelyne keluar melalui pintu samping yang langsung
terhubung dengan lorong. Menuju tempat paling nyaman di Purple Hall Palace,
tempat yang paling tepat untuk menenangkan pikiran.
Tempat itu terletak
tepat beberapa puluh meter di belakang sayap kanan istana. Setelah melewati
taman yang berada di belakang sayap kanan. Taman yang sangat terawat, serta
luar biasa luas. Taman yang ditanami daisy berwarna-warni yang di susun
beraturan, morning glory yang merambati gajebo yang di bentuk seperti lorong
sepanjang lima meter yang berawal dari bagian belakang sayap kanan.
Pohon beringin besar
yang di pagar tembok sekelilingnya agar orang dapat duduk-duduk disitu. Pada
bagian sisi jalan ubin yang bertanah, ditanami white lily dan belladona.
Di ujung taman terdapat
gajebo yang terbuat dari kayu, kemudian di perindah dengan cat berwarna putih.
Atapnya sendiri adalah genteng. Didalam gajebo terdapat empat kursi yang
mengelilingi sebuah meja bundar. Tempat itu sering digunakan sebagai tempat
minum teh sambil bersantai menikmati keindahan taman.
Pada bagian paling ujung
istana, terdapat sebuah labirin raksasa yang terbuat dari tanaman merambat. Tingginya
sekitar lima meter. Luasnya berhektar-hektar. Sedangkan bentuknya sendiri adalah
kotak persegi dan didalamnya terdapat jalan yang rumit. Tidak ada seorangpun
yang ingin masuk kedalam labirin itu bila ia tidak mengetahui jalan keluar
maupun rutenya. Labirin Aldrich di buat oleh Raja Aldrich I, generasi pertama
Raja dari Inciba.
Labirin Aldrich
menyimpan banyak misteri serta rahasia yang hanya diturunkan dan diberitahukan
kepada calon penerus tahta kerajaan. Dahulunya, Purple Hall Palace adalah
istana inti tempat tinggal Raja Aldrich I, dimana pusat menjalankan segala
pemerintahan dilakukan di sini. Akan tetapi semenjak kakek Lavelyne yang
menjadi raja, pusat kepemimpinan di pindahkan ke City Palace untuk lebih dekat
dengan rakyatnya.
Lavelyne 1
No comments:
Post a Comment