Wednesday, October 10, 2012

Popay untuk Olief


Popay untuk Olief
By: Olief Lave/ Kholifah Fitrianingsih
Was pubished on: http://www.olief.lave@m.facebook.com

Episode III: Waktu Berjalan Lambat
pukul sembilan malam, Ardi mengantarku pulang sampai depan gank masuk kontrakan. Hujan gerimis telah mengguyur sejak pukul lima sore tadi.
"Thanks, hati-hati di jalan, say!"
"iya... Kamu juga hati2. Mau aku antar sampai depan rumah?"
"ga perlu... Kan payungnya cuma ada 1"kataku sambil menunjukkan payung lipat yg di pinjamkan oleh tante Ernes
"satu payung berdua kan lebih romantis, seperti dalam film-film jaman dulu itu"
"hehehe... Kamu ini!! aku turun yah.."sambil membuka pintu mobil dan mengembangkan payung berwarna biru langit polos."hati-hati di jalan"kataku sekali lagi mengingatkan sebelum turun.
"iya"jawabnya singkat sambil tersenyum
setelah itu aku turun dan menutup kembali pintu mobil. Sesaat sebelum mobil kembali jalan, Ardi melambaikan tangannya padaku. aku membalas lambaiannya. setelah itu VW kodok hitam itu pun melaju dan semakin lama semakin menjauh dan hilang dari pandangan mataku di kegelapan malam dan rintik hujan yang semakin besar.
Aku berbalik dan berjalan menyusuri gank menuju kontrakan yang hanya berjarak enam rumah dari depan gank. Sepanjang gank yang hanya di terangi oleh penerangan seadanya itu sungguh terasa sepi dan remang. Kalau lebih malam lagi, aku takkan berani berjalan seorang diri.
Sampai depan pintu kontrakan, ku lihat pintu tak tertutup rapat. Mungkin tante Imelda sudah pulang. Aku langsung masuk dan manuju kamarnya
"tante...tante imelda," panggilku.
Ia tak menyahut, aku sedikit khawatir. Aku takut bukan tante Imelda yang ada didalam rumah. Pintu kamarnya tak tertutup rapat, dari dalam kamar terdengar erangan. Dari sela pintu kamar ku intip keadaan di dalam kamar tante. wanita berambut gelombang berwarna coklat itu kejang-kejang serta dari dalam mulutnya mengeluarkan busa. Aku langsung berlari menghampirinya.
"Tante...tante Imelda kenapa?"
Ia terus kejang-kejang, aku Panik dan tak tau apa yang harus kulakukan. aku berteriak meminta tolong agar ada tetangga yang datang untuk menolong. Namun belum ada yang datang seorangpun.
Ku ambil hp didalam tasku dan langsung menelepon Ardi. Syukurlah ia langsung mengangkatnya.
"Iya Sayang, ada apa?"
"Tante... Tante..."
"Tante kenapa?"
"Aku ga tau tante kenapa. Kulihat ia sudah kejang2 dan dari mulutnya keluar busa" aku mencoba menerangkan, sambil terisak-isak.
"oke, aku langsung kerumah kamu"
Tiba2 sesuatu terjatuh dari tangan tante dan menggelinding ke kakiku. Aku langsung mengambilnya.
"Suntikan!"
"Apa maksud kamu?"
"Tante over dosis"
"Lave, aku langsung ke sana"
Tubuhku lemas, tak tau apa yang harus kulakukan. Aku terhempas jatuh tak kuasa menerima apa yang terjadi, tiba-tiba seseorang menyanggah tubuhku hingga tak terhempas ke lantai. Ibu Maryoto yang menyangga tubuhku, dia adalah tetanggaku.
"Sabar ya neng!" Sambil memelukku.
Sedangkan pak Maryoto memeriksa keadaan tante Imelda yang sudah tidak kejang-kejang lagi.
-Popay untuk Olief-
"Tidurlah sayang... Biar aku yang menjaga keadaan tante"
"Aku tidak mengantuk"
"Sudah tidur saja! Besok ada ujian kan?" Ardi menyandarkan kepalaku di pundaknya.
Di bangku depan ruang ICU kami duduk. Dokter baru saja memberi tahukan kalau keadaan tante masih kritis.
"Apa tante bisa selamat? Aku ga mau jadi sebatang kara..." air mata kembali mengalir dipipiku. Aku sembunyikan kepalaku di balik punggung Ardi.
"Kita berdo'a semoga tante bisa selamat"
"Tadi, waktu sungguh berjalan lambat. Tiap detik aku takut kehilangan tante."
"Aku tau, seakan mobil yang kukendarai tak juga sampai."
"Ardi... Maaf merepotkanmu"
Ardi membalikkan tubuhnya dan aku pun melepaskan pundaknya. Kami saling bertatapan, tangannya lembut menghapus air mataku.
"Jangan menangis lagi ya say... Dan kamu ga perlu meminta maaf ataupun sungkan padaku"
"maaf dah buat bajumu basah dengan air mataku"
"tapi ga bercampur ingus kan?"
Aku tersenyum mendengar kata-katanya barusan.
"Sedikit"
"ih... Lave jorok ya?" Dia menggodaku, "Tapi ga apa-apa deh, dah terganti dengan senyummu. Smua maaf mu di terima, sekarang kita berdoa untuk kesembuhan tante yah!"
Kami pun berdo'a untuk kesembuhan tante. Lagi-lagi air mataku menetes. Aku sungguh tak ingin kehilangan tante
-Popay untuk Olief-
*Bersambung...

No comments:

Post a Comment