Monday, March 14, 2016

Puzzle (Prolog)

Prolog



Jika kau menjalani hidup ku, tentu akan banyak pertanyaan dalam benakmu. Bukan karena aku orang yang suka mengeksplorasi banyak hal, tetapi lebih kepada siapakah diriku sebenarnya? Ingatanku penuh lubang-lubang tak lengkap. Bahkan, sesuatu yang paling penting untukkupun tak dapat ku ingat, tidak mudah juga ku yakini jika semua merupakan kebenaran. Seperti ada kabut tebal yang menutupi kenangan masa laluku.
Aku telah lolos dari kematian berkali-kali, bahkan rasa sakit bagiku tidaklah sama seperti apa yang dirasakan orang lain. Menghadapi meja operasi bukan hal yang terlalu menakuktkan. Pastilah karena ada dia yang menggenggam tanganku. Pria yang ku cintai.
Jika hidup yang ku jalani adalah kepingan puzle yang kepingan-kepingannya hilang, sudah menjadi kebutuhanku untuk menyusun kembali dan menemukan kepingan-kepingan yang hilang itu agar hidupku tak lagi terselimuti misteri. Terutama jika aku menemukan banyak kebohongan dalam hidupku yang ku pikir sempurna. Atau seperti itulah awalnya.
Mungkin benar apa yang dikatakan orang, “jangan terburu-buru mengambil keputusan.” Terutama jika itu bersangkutan dengan pernikahan. Tapi, apakah itu berlaku untuk semua orang? Jika aku tak mencobanya, darimana aku tahu jika telah membuat kesalahan? Apalagi jika pria itu adalah pria yang siap melakukan apapun untuk membuat jantungku tetap berdetak.
Bukankah hasil yang diperoleh dari keputusan setiap orang tidaklah sama?











No comments:

Post a Comment